Mohon tunggu...
Muhammad fikramhakim
Muhammad fikramhakim Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa

Jurnalis

Selanjutnya

Tutup

Healthy

"New Normal" dari Jendela Mahasiswa

26 Juli 2020   16:15 Diperbarui: 26 Juli 2020   16:15 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Upaya penanggulangan dampak dari pandemi covid-19 terus dilakukan pemerintah lewat kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan. Mulai dari Work From Home hingga Pembatasan Sosial Berskala Besar atau PSBB. Seiring dengan mulai membaiknya keadaan, kemudian pemerintah mengeluarkan kebijakan Normal baru atau New Normal, dimana masyarakat dapat beraktifitas seperti sedia kala namun dengan tatanan dan kebiasaan baru yakni melakukan protokol kesehatan pada setiap kegiatannya. 

Pemerintah Indonesia berupaya untuk secara bertahap membuka kembali toko, UMKM, kantor, sekolah, dan lain sebagainya dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan. Hal inilah yang kemudian dikenal dengan new normal. Bagi mahasiswa, penerapan new normal bisa jadi menjadi berita baik namun juga bisa sebaliknya. 

Menjadi berita baik karena mahasiswa memiliki kesempatan untuk dapat kembali merasakan kehidupan kampus seperti biasa walau harus mematuhi protokol kesehatan. Sedangkan new normal bisa menjadi kabar buruk sebab keinginan mereka untuk kembali ke kampus tidak didukung dengan kondisi di lapangan. Faktanya, kondisi di lapangan membuat mereka takut akan keselamatan diri sendiri karena data masih menunjukkan jumlah kasus positif yang terus meningkat. 

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan, dari 53 mahasiswa yang mengisi kuesioner dapat diketahui bahwa mereka memiliki pemahaman yang baik tentang new normal. Terkait kesiapan mahasiswa dalam menghadapinya, didapatkan 49% mengaku bimbang atas diberlakukannya new normal. 

Sedangkan, 32,1% siap dan sisanya 18,9% tidak siap dengan new normal. Kebimbangan yang dihadapi mahasiswa tersebut karena minimnya kajian atau riset tentang dampak new normal jika diterapkan di Indonesia. Selain itu, kurangnya sosialisasi dari pemerintah atas kebijakan yang ditetapkan membuat masyarakat bingung, sehingga pelaksanaannya menjadi tidak sesuai. 

Berdasarkan beberapa tanggapan dari mahasiswa terkait New normal, dapat digarisbawahi adanya kekhawatiran akan perubahan yang terjadi pada masa new normal, bagaimana mereka dapat beradaptasi dan menghadapi itu. Seperti salah satu mahasiswi FMIPA Universitas Negeri Manado Nurul Halima Dwi Putri, ia beranggapan New Normal adalah kebijakan strategis pemerintah demi menyelamatkan perekonomian negara. Itu disebutnya terobosan baru rezim Jokowi. "New Nomal atau kehidupan baru masyarakat Indonesia merupakan terobosan untuk memulihkan sektor perekonomian Indonesia yang saat ini turun drastis," tutur gadis berusia 22 tahun tersebut. 

Sementara mahasiswi Politeknik Negeri Manado (Polimdo) Jurusan Pariwisata, Anastasya Christanta Marudung, setuju dengan masa New Normal. Alasannya sangat manusiawi yakni tidak betah dengan situasi saat ini yang terus diminta diam di rumah. Tak dapat dipungkiri, manusia normal memang perlu beriteraksi secara luas dengan manusia lain. "Kesulitan yang lain kami perlu mencari panduan teori lewat buku penuntun studi, situasi yang terjadi kan banyak toko buku yang tutup," kata dia. 

"Mengharapakan setiap toko, perbelanjaan dan sebagainya dibuka lagi," tambah Anastasya. Adapun Theresia Wurara (20) dari Fisipol Universitas Sam Ratulangi Manado mengatakan masih mengira-ngira kapan pandemi ini mencapai akhir. Sehingga saat awal New Normal mulai berlaku, setidaknya dia masih mawas diri. "Dulu ke mall bergerombolan, sekarang saya masih takut ke situ walaupun hanya sendiri termasuk saat era New Normal." tutur nya. "Menurut saya, jika masyarakat mementingkan kesehatan mereka pastinya keluar rumah sangat berhati-hati. Kemungkinan keluar hanya keperluan pekerjaan dan belanja kebutuhan walupun adanya penerapan New Normal nantinya," ujar Saltia Paranna, mahasiswa Fisipol Unsrat. 

Mereka yang siap dengan new normal sadar betapa pentingnya roda ekonomi untuk terus bergerak. Melakukan pemulihan ekonomi menjadi jalan yang dipilih pemerintah supaya meminimalisasi utang negara dan risiko lainnya. Selain itu, rasa bosan dan tekanan psikologis saat di rumah saja membuat mereka bersiap dalam menghadapi new normal. Sedangkan para mahasiswa yang tidak siap dengan new normal melihat bahwa peningkatan kasus di Indonesia yang masih terjadi berpotensi memperparah keadaan karena dapat menyebabkan ledakan kasus yang lebih parah lagi. Fasilitas kesehatan yang kurang memadai dan kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya keselamatan orang lain juga menjadi alasan mengapa sebaiknya kebijakan yang diambil untuk pembelajaran adalah dengan daring.

 Banyak pula yang mengusulkan untuk membuat shift, mengurangi jumlah mahasiswa dalam satu kelas, mengatur tempat duduk, serta protokol kesehatan lainnya yang bisa disesuaikan dengan Keputusan Menteri Kesehatan nomor HK.01.07/MENKES/328/2020 tentang Panduan Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Disease 2019 di Tempat Kerja Perkantoran dan Industri dalam Mendukung Keberlangsungan Usaha pada Situasi Pandemi. Ada juga yang menyarankan untuk sebagian online sebagian lagi offline. 

Beberapa hal tersebut bisa menjadi alternatif pilihan bagi kampus yang perlu dikaji lebih komprehensif lagi agar dalam penerapan serta pelaksanaannya dapat optimal dan bisa meminimalkan risiko penyebaran virus covid-19. Keraguan-keraguan yang ada di masyarakat khususnya mahasiswa terhadap penerapan new normal ini bukanlah rasa pesimis, melainkan karena kurangnya sosialisasi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun