Mohon tunggu...
ikram embisa
ikram embisa Mohon Tunggu... Guru - guru

saya seorang guru, mangajar di man 1 sula.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Politik Identitas Melahirkan Pemimpin yang Tidak Baik di Sula

5 September 2020   14:24 Diperbarui: 16 September 2020   15:39 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Apa itu politik identitas . Politik identitas secara umum difokuskan kepada proses menemukan perbedaan-perbedaan yang didasarkan kepada simbol tertentu seperti kondisi fisik/ras, jenis kelamin dan lain sebagainya. Meskipun demikian prakteknya identitas politik dan politik identitas memiliki keterkaitan satu dengan yang lainnya. Politik identitas mendasarkan dirinya kepada identitas politik yang telah dimiliki baik berupa latar belakang keturunan/etnisitas maupun dari latar belakang yang secara sengaja dibentuk seperti latar belakang pendidikan, ekonomi dan kultur.

Maraknya politik identitas di Sula, itu bukan sesuatu yang baru tapi sudah cukup lama sejak kabupaten ini berdiri. Sula terdiri dari beberapa suku yaitu fagudu, falahu, mangon, fatcei dan beberapa suku pendatang lainnya seperti cina, jawa, bugis dan buton. Dan di dalam suku-suku tersebut di pisahkan oleh marga dan kampung. Sudah 3 priodisasi pemilihan kepala daerah dan legeslatif mereka menggunakan kekuatan suku, marga dan kampung untuk meloloskan kepentingannya. Terkadang mereka sering menjelekkan dan menjatuhakan suku yang lain untuk menggangat kandidatnya lolos atau menang. Dan suku tersebut  sudah berada sejak zaman kesultanan. Dan  telah mengakar pada masyarakat.

Terjadi politik identitas di daerah terpencil. Sula berada di timur Indonesia yang masih minim akses informasi dan ilmu pengetahuan. Dan juga perkembangan masyarakat yang sangat lamat sekali. Masyarakat tidak dapat mengikuti perkembangan dunia sekarang ini. Pola pikirnya masih sangat terbatas sekali. Mereka tidak dapat menerima perubahan teknologi sekarang ini. Orentasi berpikirnya jangka pendek. Pada akhirnya mereka mudah di bodohi dan di manipulasi.

Calon kepala daerah menjadikan politik identitas sebagai dukungannya. Mereka membawa suku, agama dan ras untuk memuluskan keinginannya. Mereka membawa isu bahwa suku atau agama tertentu yang layak untuk menjadi bupati dan wakil bupati, orang lain tidak pantas. Masyarakat sudah tidak jernih lagi menentukan pilihan. Kondisi pemilhan kepala daerah yang seperti ini akan membuat daerah tidak dapat berkembang kearah yang lebih baik.

Melahirkan pemimpin yang tidak mementingkan kepentingan masyarakat tapi kelompok tertentu dan individu. Kalau menggunakan cara-cara yang tidak baik dalam memilih pemimipin maka hasil yang di dapatkan juga tidak baik, itu sesuai dengan hukum alam. Apa yang kamu tabur itu yang akan kamu tuai. Dia akan memberi jabatan dan proyek bukan orang-orang yang kompten, tapi keluarganya dan tim sukses yang tidak tahu kerja. Dan membagi " kue-kue" pada tim sukses, yang di korbankan masyarakat yang memilihnya.

Pembangunan di Sula tidak akan jalan. Kepala dinas dan jabatan strategis di pemerintahan orang-orang dekat dan keluarga yang tidak tahu kerja. Bagaimana dinas bisa berkembang dan maju kalau orang-orang seperti ini yang menjabat. Visi dan misi satuan kerja masing-masing instansi tidak jalan. Mereka melakukan proyek hanya menghambur-hamburkan uang saja, tapi tidak menyentuh masyarakat. Ini repot lama 10 tahun lalu tapi masih terjadi sampai sekarang. Kepimpinan berubah tapi orang yang menduduki jabatan tersebut tidak berubah. Orang yang sama dengan kualitas kerja yang sama. Pada akhir tahun ini presiden joko Widodo umumkan Kabupaten Kepulauan Sula termasuk salah satu daerah tertinggal di Indonesia.

Olehnya itu Masyarakat harus sadar melihat kenyataan yang terjadi di Sula. menyadari bahwa selama ini telah salah memilh pemimpin. Kalau kita ingin mendapatkan bupati dan wakil bupati yang berkualitas maka kita harus memilih dengan cara yang berkualitas juga. Nasib daerah lima tahun kedepan tergantung dari pilihan masyarakat. Masyarakat harus cerdas dalam menentukan pilihan, melihat karakter dan rekam jejak bupati dan wakil bupati. Masyarakat  harus menyadari bahwa Sula termasuk daerah tertinggal Indonesia. Kenapa sampai bisa sampai terjadi seperti itu karena salah pilih pemimpin. Olehnya itu mari satukan pikiran dan hati untuk memilih pemimpin yang jujur, amanah dan bertanggung jawab dan memiliki visi misi yang jelas untuk 5 tahun yang akan datang. Lepaskan semua ego suku dan agama, jadilah pemilih yang cerdas dalam menentukkan pilihannya.

IKRAM EMBISA, PEMERHATI BUDAYA DAN PENDIDIKAN SULA

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun