Mohon tunggu...
Dzulfikar
Dzulfikar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Content Creator

Blogger dan Content Creator. Member Kompasiana sejak Juni 2010. Aktif menulis di blog bangdzul.com dan vlog https://www.youtube.com/@bangdzul/

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Hubungan Prabowo dan SBY Retak, ke Mana AHY Berlabuh?

22 April 2019   06:00 Diperbarui: 22 April 2019   06:08 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prabowo, SBY, dan Jokowi / teropongsenayan.com

Sebagai seorang mantan presiden dua periode, SBY tampaknya tak mau gegabah apalagi melawan konstitusi. SBY paham betul bagaimana menjaga nama baiknya. Itulah sebabnya ia mulai menarik diri dari Koalisi Adil Makmur.

SBY sadar meskipun suara Demokrat melorot pada Pileg 2019, ia tak mau mempertaruhkan keutuhan bangsa demi sekelompok orang yang sudah haus kekuasaan dan menghalalkan segala cara. Termasuk berupaya untuk mendelegitimasi KPU dengan berbagai cara.

SBY langsung menginstruksikan para kadernya untuk kembali ke markas untuk konsolidasi meskipun ada satu dua yang masih bertahan mendampingi Prabowo saat melakukan deklarasi kemenangan.

Pesan SBY sangat jelas. SBY meminta elite partai Demokrat tidak terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang melanggar konstitusi. SBY berupaya agar semua menghormati hukum. Jikapun ada kecurangan, SBY minta diselesaikan di jalur hukum.

Sejak awal langkah SBY memang ragu untuk mendukung Prabowo. Apalagi sosok Prabowo merupakan sosok yang dia pecat lewat DKP (Dewan Kehormatan Perwira). Keraguan itu pula yang tampak ketika membiarkan beberapa kader Demokrat menyatakan dukungan terbuka kepada Jokowi.

Tidak seperti Golkar yang langsung memecat Erwin Aksa setelah ia menyatakan dukungan pada sohibnya, Sandiaga Uno. Biarpun Erwin keponakan Jusuf Kalla, tetapi Golkar tak mau langkah Erwin menjadi buah simalakama. JK pun santai dengan keputusan kerabatnya itu.

Benih-benih keretakan antara SBY dan Prabowo sudah bersemi sejak kampanye terbuka. Prabowo yang dituding eksklusif dengan kampanye yang kental bernuansa agama. Padahal SBY berharap Prabowo menjunjung Bhineka Tunggal Ika, membawa semua suara dari latar belakang yang berbeda, bukan malah mengerahkan massa a la PKS yang lekat dengan HTI.

Tentu SBY kecewa karena Prabowo gagal menafsirkan koalisi yang membawa gerbong berbeda. SBY tampaknya sudah lama kecewa karena putra mahkotanya tak dipinang menjadi sosok yang mendampingi Prabowo. Apalagi setelah Andi Arief berkokar tentang jendral kardus serta kompensasi Sandiaga kepada PKS dan PAN demi kursi wapres.

Bagaimana Nasib AHY?

AHY secara mengejutkan ternyata berpidato layaknya seorang negarawan. AHY memposisikan dirinya sebagai sosok penengah meskipun berada di belakang barisan koalisi Adil dan Makmur. AHY sudah dengan jelas menunjukkan bahwa keberadaannya tak lagi di belakang Prabowo.

AHY dan Partai Demokrat tampaknya sedang berusaha ingin lepas dari jerat koalisi. Kondisinya sudah tidak nyaman bagi Demokrat maupun SBY sendiri. Wajar karena SBY selalu menjaga reputasinya sebagai sosok presiden terpilih selama 2 periode secara demokratis. Pertaruhannya sangat besar jika SBY memberikan lampu hijau untuk people power yang digagas oleh Amien Rais.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun