Minyak jelantah merupakan salah satu limbah rumah tangga yang tidak dapat digunakan dan memiliki dampak negatif bagi lingkungan. Limbah ini dapat merusak ekosistem air, mencemari tanah, dan menyumbat saluran irigasi. Perbaikan lingkungan yang rusak yang diakibatkan oleh pembuangan limbah minyak jelantah secara sembarangan tanpa pengolahan akan memerlukan waktu yang lama dan biaya yang besar. Selain itu, minyak jelantah bersifat karsinogenik dan termasuk kedalam limbah B3 yang berbahaya jika dibuang ke lingkungan. Menurut Prof. Ir. Ahmad Sulaeman MS, PhD, pakar gizi dan keamanan pangan Institut Pertanian Bogor, beliau mengatakan bahwa minyak goreng hanya dapat digunakan sebanyak tiga kali pemakaian (Pamujiningtyas, 2018).
Penggunaan minyak goreng lebih dari tiga kali akan mempengaruhi mutu dan kandungan gizi bahan pangan yang digoreng (Adhani & Fatmawati, 2019). Mengonsumsi minyak goreng bekas bisa meningkatkan potensi terkena penyakit kanker dan penyempitan pembuluh darah yang dapat mengakibatkan terjadinya hipertensi, stroke dan penyakit jantung koroner (Azizah, 2014). Tingginya penggunaan minyak goreng dikalangan masyarakat Indonesia khususnya rumah tangga menimbulkan resiko penumpukan limbah minyak jelantah. Hal ini disebabkan banyaknya makanan dalam rumah tangga yang diolah dengan cara digoreng mulai dari hidangan utama sampai makanan ringan. Ketika dibuang sembarangan, minyak jelantah dapat mencemari tanah dan air sehingga berakibat mengganggu ekosistem. Selain itu, pembakaran minyak jelantah secara langsung dapat menghasilkan gas berbahaya yang mencemari udara sehingga berdampak buruk bagi kesehatan manusia.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, dilakukan berbagai inovasi agar limbah minyak jelantah dapat terolah dengan baik dan tidak menjadi permasalahan lingkungan. Menerapkan 3R yaitu reduce (mengurangi penggunaan), reuse (penggunaan kembali), dan recycle (daur ulang) menjadi salah tren yang sedang naik daun dikalangan masyarakat. Pengelolaan kembali limbah minyak jelantah menjadi berbagai produk yang bermanfaat seperti menjadi lilin aromaterapi diharapkan mampu mengurangi dampak negatif dari minyak jelantah. Pemanfaatan minyak jelantah sebagai lilin aromaterapi diharapkan mampu menekan pencemaran lingkungan akibat limbah rumah tangga (Aini et al., 2020).
Lilin aromaterapi merupakan lilin yang jika dinyalakan akan mengeluarkan wewangian dan membuat orang yang menciumnya menjadi lebih rileks. Selain karena wanginya, konsumen juga cenderung membeli lilin aromaterapi karena bentuknya yang indah atau estetik dan bisa dijadikan penghias ruangan. Tren lilin aromaterapi ini diyakini bermulai sejak adanya pandemik yang memaksa masyarakat untuk tinggal di rumah dan mendorong mereka untuk lebih memperhatikan suasana dan keindahan rumahnya. Adapun salah satu fungsi utama dari lilin aromaterapi adalah sebagai penghilang stres bagi yang menghirup aromanya. Stres merupakan respon tubuh terhadap tekanan dari kondisi kehidupan (Samele et al., 2018). Bahan yang perlu digunakan untuk pembuatan lilin aromaterapi minyak jelantah yaitu minyak jelanta, stearin, parafin, pewarna, dan essential oil. Langkah-langkah pembuatannya yaitu panaskan minyak jelantah kemudian tambahkan sterin, paraffin, dan pewarna. Setelah semua tercampur tambahkan essential oil lalu tuangkan lilin ke dalam wadah dan jangan lupa ditambahkan sumbu lilin. Diamkan d ruang terbuka dan tunggu hingga lilinnya mengeras.
Pengelolaan kembali limbah minyak jelantah menjadi bahan dasar lilin aromaterapi merupakan langkah yang mudah dilakukan. Selain untuk mengurangi pencemaran lingkungan, juga diharapkan mampu memberikan nilai ekonomis yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai salah satu alternatif tambahan penghasilan untuk masyarakat.
Reference
Adhani, A., & Fatmawati. (2019). Pelatihan Pembuatan Lilin Aromaterapi Dan Lilin Hias Untuk Meminimalisir Minyak Jelantah Bagi Masyarakat Kelurahan Pantai Amal. Jurnal Pengabdian Masyarakat Borneo, 3(2), 31–40. http://jurnal.borneo.ac.id/index.php/jpmb
Aini, D. N., Arisanti, D. W., Fitri, H. M., & Safitri, L. R. (2020). Pemanfaatan Minyak Jelantah Untuk Bahan Baku Produk Lilin Ramah Lingkungan Dan Menambah Penghasilan Rumah Tangga Di Kota Batu. Warta Pengabdian, 14(4), 253. https://doi.org/10.19184/wrtp.v14i4.18539
Azizah, U. (2014). Pengetahuan Ibu Tentang Bahaya Minyak Goreng Bekas (Jelantah) Bagi Kesehatan. Universitas Muhammadiyah Ponorogo.
Pamujiningtyas, K. (2018, May 3). Berapa Kali Minyak Goreng Boleh Digunakan untuk Memasak? KumparanFOOD. https://kumparan.com/kumparanfood/berapa-kali-minyak-goreng-boleh-digunakan-untuk-memasak/full