Mohon tunggu...
Albertus Fiharsono
Albertus Fiharsono Mohon Tunggu... pegawai negeri -

menjadi orang Papua

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Capek Deh...

11 Agustus 2010   04:52 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:08 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Kenapa sih sekolah harus pake PeEr?! Kenapa juga harus datang pagi-pagi ke sekolah?! Emang gak bisa kalo sekolah mulainya agak siangan dikit…?! Huh, capek deh…!” Begitu biasanya kita ngedumel.

Menghadapi mama yang cerewetnya amit-amit, yang bawel ewel-ewel,yang suka suruh ini suruh itu, biasanya kita juga bilang, “Capek deh…!”

Kita cenderung males untuk bersusah-susah. Maunya serba enak, serba tersedia. Pas perut mulai laper, sudah ada ayam goreng di meja makan, lengkap dengan sambel terasi dan lalapannya. Mau minum, sudah tersedia orange juice. Mau jalan-jalan dengan teman, baju udah disiapin, udah disetrika, wangi lagi. Kepingin HaPe baru, duit udah ada, tinggal beli! Dan seterusnya, dan seterusnya… Kita ingin masa kecil kita bahagia, waktu muda foya-foya, saat tua kaya raya, dan ketika mati otomatis masuk sorga.

Tapi kenyataannya, semuanya gak gitu. Dunia berjalan gak seperti yang kita mau. Baruuuu… aja bisik-bisik ke mama kalo kita kepingin HaPe baru, ee… mama langsung nyerocos cicit-cuit khotbahin macem-macem. Kita harus hemat-lah, hidup sederhana-lah, ada banyak yang lebih penting-lah, dan lah-lah yang lain. Udah gitu, ee…malah disuruh cuci piring!! Huh, capek deh…!!

***

Seekor tiram merasakan sakit bukan main ketika ada sebutir pasir masuk ke dalam kerangnya. Pedih sekali rasanya karena butiran pasir itu terus bergesekan dengan tubuh lembutnya. Ia berusaha mengeluarkan butiran pasir itu dari dalam kerangnya. Tetapi kasihan, tampaknya bentuk dan fungsi-fungsi tubuh seekor tiram tidak memungkinkan dia untuk bisa mengeluarkan butiran pasir yang tersangkut di dalam kerangnya. Akhirnya, butiran pasir yang sangat menyakitkan itu pun tetap tinggal di dalam tubuhnya dan menjadi bagian hidupnya selamanya.

Ketika tiram harus mengakhiri hidupnya di dalam kuali rebusan, butiran pasir yang menyakitkan itu ternyata, wow…, sudah berubah jadi mutiara yang sangat indah dan berkilau!!

***

Berani jadi seperti tiram? Semua yang gak enak, kelak akan jadi mutiara yang indah dan berkilau kalo kita mau ngejalanin dengan tekun tanpa mengeluh. Berani berhenti bilang “capek deh”? Masa kalah sama tiram…

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun