Mohon tunggu...
Fian N
Fian N Mohon Tunggu... Penikmat

Menulis adalah cara saya berdiskusi dengan segala kegelisahan di kepala. Penggagas Pondok baca Mataleza. Menyukai apa saja dan kamu.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Menunggu Hujan Reda

27 September 2025   13:00 Diperbarui: 27 September 2025   13:00 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Dokpri GeminiAI (Seorang lelaki sedang menunggu hujan reda di sebuah cafe)

Hal yang paling menyenangkan ketika sedang menunggu hujan reda adalah tidur. Saya adalah salah satu orang yang sering melakukan ritual tersebut. Jika tidak ada aktivitas lain selain membaca atau menulis, itu pun jika Fajar sedang tidur. Andaikata Fajar tidak tidur, berarti saya bermain dengannya. Ibunya pasti tidur kalau tidak memasak atau mengerjakan hal lain yang belum dikerjakan. Hal yang sama juga, kalau saya memasa atau ada pekerjaan lain, Fajar bermain dengan ibunya.

Hari ini, 14 Desember, sejak pukul 14:00, hujan pun turun ketika saya sedang dalam perjalanan pulang ke rumah. Saya tidak menyiapkan jas hujan, tidak seperti biasanya. Jika sedang melakukan perjalanan di musim seperti ini, saya selalu tertib membawa jas hujan ke mana-mana. Entah karena buru-buru atau lupa, saya memaklumi hal ini. Sudah terjadi, hanya bisa jadi pelajaran.

Sambil menunggu hujan reda, di tempat saya sedang berteduh, saya memilih menulis. Saya sebenarnya bingung mau menulis apa di tengah hujan seperti ini. Duduk sendirian, mendengarkan suara hujan menucumbu atap tempat saya berteduh. Sesekali menyaksikan para pengendara yang memberanikan diri menerobos hujan.

Dalam hati saya bergumam, semoga tiba di tempat tujuan dengan selamat dan kembali berkumpul bersama keluarga. Di luar hujan pun makin lebat. Dan seperti sangat mencekam. Gelap. Setiap kendaraan yang lewat pun harus menyalakan lampu utama. Apakah saya sendiri akan tiba di rumah? Melihat hujan yang makin lebat dan saya yang duduk sendirian. Tiba-tiba pula, saya merindukan jas hujan yang tergeletak di sebuah lemari tua, di rumah. Jas hujan itu dibeli saat berlibur ke rumah mertua tiga tahun silam. Ada momen yang mmebuat saya harus menceritakan hal ini kepada teman-teman. Waktu itu liburan Paskah. Saya dan istri pun berinisiatif untuk pergi mengunjungi orang tua dari istri saya di Maukaro.  Mengingat, waktu itu sedang musim hujan. Untuk berjaga-jaga dalam perjalanan yang cukup jauh di tengah musim hujan, kami berdua sepakat membeli jas hujan.

Semua persiapan teman perjalanan pun sudah beres. Dalam perjalanan menuju Maukaro, hujan enggan untuk basahi gersang bumi kala itu. Seminggu lebih kami liburan pun tak kunjung datang. Nah, yang dinantikan pun tiba, sehari sebelum pulang, hujan lebat sepanjang malam. Keesokan harinya pun reda, kami tidak bisa pulang karena ada jalan yang memang tidak bisa dilalui karena harus menyeberangi kali kering (tapi di musim hujan airnya meluap dan tidak bisa diseberang). Kami menunda pulang, jas hujan tetap tidak dikenakan sejak pertama kali dibeli. Ya, saya berharap sekali terjadi hujan di tengah perjalanan agar jas hujan bisa digunakan. Sampai musim hujan tahun itu berakhir, jas hujan itu tidak digunakan sama sekali.

Inilah hidup, ada hal-hal yang tidak kita inginkan sering tidak terjadi sesuai harapan. Di lain pihak, sesuatu tidak kita harapkan bisa saja terjadi di luar persiapan. Seperti hari ini, saya ahrus duduk sendirian berjam-jam lamanya. Tak ada tanda-tanda hujan segera reda.

Jangan pernah berhenti mendoakan sesuatu yang paling kita butuhkan, bukan yang paling diinginkan. Di tengah penantian itu, teruslah lakukan hal-hal yang mendukung doa-doa kit aitu. Hidup dalam kasih persaudaraan dan setia dalam tugas dan karya.

Saya pun berkemas, hujan sudah reda dan saya harus melanjutkan perjalanan pulang ke rumah setelah dua jam tertahan di tengah perjalanan. Terima kasih rumah teduh yang memunculkan ide ini dan bisa sampai ke pembaca. Semoga ada hal baik yang teman-teman dapat melalui tulisan ini. Terima kasih sampai jumpa di tulisan dan kisah selanjutnya.

Dhereisa, 2024 - 2025

Alfianus Nggoa (Fian N) selain suka menulis dan membaca juga suka kamu. Sejak 2020 sampai saat ini memilih menjadi tukang masak di Pondok Baca Mataleza. Menjadi pendidik di SMPS Kotagoa Boawae.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun