Mohon tunggu...
Fia afifaturrohmah
Fia afifaturrohmah Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Saya mahasiswi IAIN PONOROGO saya sekarang semester 2 di jurusan PGMI

Memasak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dampak Keluarga Brokenhome terhadap Mental Anak

9 Mei 2024   10:25 Diperbarui: 9 Mei 2024   10:27 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dampak keluarga brokenhome terhadap mental anak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak apa yang terjadi kepada seorang anak dalam keluarga broken home. Penelitian ini berdasarkan pengalaman dari para informan sendiri tentang tidak harmonisnya keluarga mereka. Hal ini mengakibatkan dampak kepada anak baik secara psikologis maupun emosional mereka dalam bersosialisasi ke dunia luar. Keluarga tidak utuh juga menjadi kajian sendiri dalam melakukan sesi wawancara agar data tersedia dengan optimal. Adanya interaksi langsung yang diterapkan dengan para informan akan membuat hasil data yang tercapai dengan baik ke tujuan ilmiah. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Gayungan, Ketintang Surabaya dengan informan merupakan dua mahasiswa dengan inisial N dan AN yang merupakan anak broken home. Pelaksanaan wawancara dilakukan dengan prosedur dan etika wawancara yang tepat. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi tidak langsung, dan wawancara mendalam. 

Penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik Purposive Sampling dengan Kriteria Inklusi. Teknik analisis data yang digunakan adalah model analisis interaktif yang menggunakan tiga komponen utama, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi metode trangulasi data dan sumber digunakan untuk memperoleh data dengan tingkat validitas tinggi. Secara ringkas hasil penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi mental anak yang mengalami broken home. 

Penelitian ini menyajikan informasi yang terpadu tentang kondisi mental seorang anak. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, meliputi sosial ekonomi keluarga, lingkungan sosial, nilai-nilai agama yang dianut, kepribadian orang tua dan jumlah anak. Pola pengasuhan yang digunakan oleh setiap orang tua dari sebuah keluarga pasti berbeda, Perbedaan pola pengasuhan ini yang akan memberikan dampak yang berbeda pada anak, salah satu dampak tersebut adalah pembentukan karakteristik pada anak... Analisis yang dapat disimpulkan dari penelitian ini menghasilkan bahwa objek penelitian tentang mental anak dapat berdampak secara negatif maupun positif tergantung bagaimana anak tersebut menanggapi.

Definisi brokenhome

Istilah brokenhome sering diartikan sebagai kondisi ketika keluarga mengalami perpecahan yang berujung pada kesulitan. Menurut pendapat Welss, brokenhome adalah keluarga yang mengalami perpecahan karena berbagai faktor seperti kematian, perceraian, orang tua tunggal, dan dapat mengarah pada kekerasan. Ini menggambarkan pertengkaran dan ketegangan dalam rumah tangga, termasuk kekerasan fisik antara pasangan. Quensel menjelaskan bahwa brokenhome merupakan keluarga yang tidak harmonis, sering berkonflik, dan berakhir dengan perpisahan atau perceraian, yang berdampak pada hubungan dan kasih sayang anak-anak. Anak-anak dalam keluarga ini sering kali tidak mendapat kasih sayang dan bahkan menjadi korban kekerasan akibat pertengkaran orang tua. Anak-anak ini disebut sebagai anak brokenhome, yang menjadi korban dari pertengkaran dan egoisme orang tua, yang pada akhirnya dapat berdampak serius pada kondisi psikologis mereka, termasuk masalah emosional, perilaku, dan kesehatan mental.

         Dampak brokenhome bagi anak

Dampak dari situasi rumah tangga yang retak bagi anak bisa sangat mengganggu perkembangan mereka. Anak-anak dalam keluarga yang mengalami broken home mungkin akan mengalami kesulitan emosional, seperti kesedihan yang berkepanjangan dan rasa kesepian yang mendalam. Mereka juga mungkin menghadapi tantangan dalam berkomunikasi dengan orang lain dan bisa menjadi lebih posesif atau tertutup karena kondisi mental yang terganggu. Selain itu, kekecewaan yang mereka rasakan bisa membuat mereka kurang percaya diri dan sulit untuk bersosialisasi dalam lingkungan mereka.

        Cara mengatasi kondisi broken home

Untuk mengatasi kondisi broken home, baik orang tua maupun anak perlu mengambil langkah-langkah yang positif. Orang tua dapat mulai dengan menghindari pertengkaran di depan anak, terus memberikan pendidikan yang positif, menghabiskan waktu untuk mendengarkan anak, dan menjaga keharmonisan keluarga. Dengan demikian, hubungan keluarga dapat tetap harmonis dan memperkuat ikatan antara anggota keluarga untuk menciptakan kebahagiaan bersama.

Berdasarkan penelitian yang kami lakukan tentang keluarga yang terpecah, kami menemukan bahwa kondisi ini sangat mempengaruhi kesejahteraan mental anak-anaknya. Anak-anak dari keluarga yang terpecah cenderung menunjukkan sikap anti-sosial, ketakutan akan pernikahan, serta menjadi lebih tertutup dan pendiam. Kekerasan dalam rumah tangga, pola asuh yang toksik, dan ketidakharmonisan keluarga menjadi faktor utama penyebabnya. Anak-anak tersebut kemungkinan besar akan cenderung menjaga jarak dari orang lain dan sulit membina hubungan sosial yang sehat. Penting bagi anak-anak ini untuk mendapatkan perhatian khusus, termasuk konseling untuk membantu mereka pulih secara mental dan emosional. Perlakuan hangat dan kasih sayang dari lingkungan keluarga juga sangat penting dalam mendukung perkembangan mereka. Evaluasi dan pembinaan dalam hubungan pernikahan juga harus diperhatikan agar kondisi seperti ini tidak terulang di masa mendatang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun