Mohon tunggu...
Fery. W
Fery. W Mohon Tunggu... Administrasi - Berharap memberi manfaat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penikmat Aksara, Musik dan Tontonan. Politik, Ekonomi dan Budaya Emailnya Ferywidiamoko24@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

"Resesi Seks" Milenial AS dan Jepang, Bisa Picu Resesi Ekonomi Global

5 November 2019   10:30 Diperbarui: 6 November 2019   14:41 2934
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hubungan seks itu seperti tidur, jika dilakukan terlalu sering akan berakibat buruk, jika dilakukan terlalu jarang pun akibatnya tak bagus. Keduanya akan membuat kita pusing, bahkan buat sebagian orang, emosinya menjadi tak stabil.

Hubungan seks fungsi utamanya adalah sebuah aktivitas reproduksi. Selain tentu saja sebagai sarana rekreasi juga, karena sensasinya. Hubungan seks normalnya dilakukan oleh dua orang yang berbeda jenis kelamin, Pria dan Wanita atau Betina dan Jantan.

Ternyata ketika frekuensi berhubungan seks sangat jarang dilakukan efeknya bisa membawa dunia ini ke dalam jurang resesi ekonomi global, Hah kok bisa?

Ya bisa lah! Tak perlu menjadi seorang ekonom untuk dapat menghubungkan" aktivitas seksual yang jarang dengan resesi ekonomi".

Perekonomian itu pada dasarnya digerakkan oleh aktivitas manusia, setiap langkah manusia itu akan berimplikasi pada nilai ekonomisnya. Mulai dari dilahirkan sampai kematian datang, nyaris tak pernah terlepas dari nilai ekonomi.

Nah, semakin besar jumlah populasi semakin besar pula size ekonominya.

Semakin sedikit populasinya, semakin mini pula ukuran ekonomi suatu wilayah. Populasi manusia itu berkorelasi erat dengan hubungan seks. Sejauh ini manusia bisa ber-reproduksi ya melalui itu, ada sih yang melalui pembuahan in vitro, atau bayi tabung tapi kan sangat jarang.

Jadi semakin jarang orang berhubungan seks semakin kecil pula kemungkinan untuk ber-reproduksi, yang akhirnya membuat populasi akan semakin menurun. Dan ujungnya ekonomi menjadi turun.

Belakangan ini di Amerika Serikat (AS), sebagian besar negara Uni Eropa, dan Jepang, disinyalir sedang dilanda penurunan gairah untuk melakukan hubungan seks, terutama para milenialnya.

Fenomena ini diungkapkan langsung oleh Kate Julian yang dipublikasi di media ternama Inggris The Guardian dan hasil penelitian bersama oleh koran New York Times bekerja sama dengan situs Sex and Relationship. Hasilnya menunjukan, bahwa para milenial di AS semakin jarang berhubung seks.

Meneruskan sinyalemen yang dilahirkan Kate Julian, seorang kolumnis ekonomi CNBC.com Jake Novak menyatakan, bahwa penyebab turunnya aktivitas seks para milenial AS ini seperti fenomena telur dan ayam.

Entah karena tekanan ekonomi sehingga aktivitas seksual menjadi turun, atau rendahnya aktivitas seksual menjadi penyebab turunnya perekonomian AS. Keduanya seperti dua keping mata uang, satu sama lain tak bisa dipisahkan.

Saat ini di kalangan muda AS jika seorang pria atau wanita berniat ingin memiliki pasangan tetap dan kemudian menikah, mereka berorientasi pada potensi ekonomi pasangannya. Sebab, pria atau wanita untuk menarik pasangannya harus berusaha keras agar secara ekonomi berkecukupan untuk dipandang menarik oleh pasangannya.

Hal ini membuat mereka harus bekerja keras dan berdampak terhadap aktivitas seksual menjadi terlupakan. Jika mereka berhubungan seks dalam koridor hubungan jangka pendek, mereka cenderung memakai alat kontrasepsi, sehingga fungsi reproduksi menjadi tak tercukupi.

Atau yang lebih ekstrem dengan menggunakan teknologi yang sekarang berkembang dengan memakai aktivitas seksual artificial sebagai sarananya, situs-situs porno banyak sekali bertebaran di dunia maya hingga robot seks pun tersedia.

Ujungnya, aktivitas seksual untuk reproduksi menjadi sangat minimal yang kemudian berakibat menurunnya populasi. Dan hal inilah, menurut Novak, bisa berujung pada resesi ekonomi.

Sebagai informasi tambahan, resesi dapat diartikan sebagai kemerosotan. Dalam ekonomi, resesi berarti sebuah kondisi di mana Produk Domestik Bruto (PDB) mengalami pertumbuhan negatif selama dua kuartal atau lebih secara berturut-turut.

Kolumnis CNCB juga punya fakta lain melalui penelitiannya yang dilakukan baru-baru ini. Novak, berdasarkan penelitiannya itu, menemukan bahwa turunnya frekuensi aktivitas seks dan perkawinan disebabkan oleh teknologi dan beberapa hal-hal baru yang ditawarkan oleh teknologi itu sendiri.

"Teknologi yang menyebabkan orang dewasa muda lebih senang menyendiri ketimbang berhubungan dengan manusia lainnya secara langsung ... Semuanya, mulai dari pornografi online hingga video game canggih, hingga media sosial digunakan oleh banyak remaja sebagai pengganti kontak dengan manusia nyata, terutama untuk pria," tulis Novak dalam kolomnya seperti dilansir CNBC.com

Menurunnya hubungan seks dan perkawinan secara bersamaan, memberikan indikasi bahwa para milenial kemungkinan akan menunda aspek-aspek kedewasaan lainnya seperti memiliki rumah dan kendaraan.

Akhirnya, roda perekonomian mulai terganggu karena pasar properti dan pasar otomotif menjadi menurun.

Dengan kondisi seperti ini maka akan melemahkan sisi permintaan ekonomi secara keseluruhan, yang kemudian membuat sisi produksi akan menurun sejurus dengan permintaan yang melemah.

Menurut studi yang dilakukan firma Manajemen dan Keuangan Deloitte, kekayaan bersih penduduk AS yang berusia 18 hingga 35 tahun telah anjlok sebesar 34 persen sejak 1996.

Selain di AS, penurunan aktivitas seksual juga terjadi di salah satu motor pertumbuhan ekonomi dunia, China dan Jepang--bahkan kedua negara ini mengalami hal tersebut lebih dulu.

Secara demografis Jepang merupakan aging country, jumlah penduduk tuanya jauh melebihi penduduk muda. Hal ini bisa terjadi karena milenial Jepang juga mengalami resesi seks seperti yang dilaporkan CBS News.

Jaringan media AS tersebut menemukan dalam penelitiannya, 1 orang dari setiap 10 penduduk jepang berusia 30-an belum pernah melakukan hubungan sex. Angka ini cukup tinggi bagi negara maju seperti Jepang.

Alasan yang ditemukan pun nyaris serupa dengan yang terjadi di AS. Kombinasi antara instabilitas ekonomi dan teknologi menjadi penyebabnya.

Hal ini membuat pemerintah Jepang lumayan panik, karena jika kondisinya terus seperti ini, dalam 100 tahun ke depan jumlahnya hanya akan tinggal setengahnya dari jumlah penduduk Jepang saat ini sebesar 124,5 juta Jiwa.

Selama satu dekade terakhir jepang terus mengalami penurunan jumlah penduduk salah satunya akibat akivitas seksual penduduknya yang terus menurun sehingga jumlah kematian lebih besar dari kelahiran.

Menurut data Kementerian Dalam Negeri Jepang sepanjang tahun 2018 tercatat sebanyak 1, 36 juta jiwa penduduk Jepang meninggal, sedangkan kelahiran baru hanya mencapai 921 ribu saja.

Serupa dengan Jepang dan AS, sebagian besar negara Uni Eropa dan Australia pun mengalami hal yang sama sebut saja misalnya Belanda, Finlandia, Inggris hingga Australia. 

Fenomena ini akan berdampak serius terhadap pertumbuhan ekonomi global kedepannya. Kombinasi antara kondisi ekonomi yang terus menurun dan dipicu oleh teknologi yang terus berkembang membuat aktivitas seksual menjadi menurun.

Reproduksi menjadi hal menakutkan bagi sebagian orang di negara-negara tersebut. Berbeda dengan Indonesia yang proses reproduksi nya terus tumbuh positif.

Berdasarkan proyeksi penduduk 2015-2045 hasil Survei Penduduk Antar Sensus (Supas) 2015, jumlah penduduk Indonesia akan mencapai 269,6 juta jiwa pada 2020. Angka tersebut terdiri atas 135,34 juta jiwa laki-laki dan 134,27 jiwa perempuan.

Katadata.co.id
Katadata.co.id
Artinya Aktivitas seksual di negeri ini masih dalam kondisi normal, bahkan mungkin bagi masyarakat Indonesia yang sudah menikah hubungan seks merupakan hiburan di tengah kepenatan kehidupan. Teknologi juga terlihat tak berpengaruh banyak terhadap aktivitas yang mengasyikan ini.

Berbeda dengan Amerika Serikat karena teknologi juga merupakan tantangan tersendiri dalam kehidupan seks dan percintaan penduduknya, yang kemudian menjadi ancaman nyata bagi perekonomian AS secara keseluruhan.

Jadi apakah berkurangnya aktivitas seksual para milenials AS ini akan mempercepat perekonomian Amerika menuju jurang resesi dan akhirnya menyeret ekonomi di dunia ke dalam lubang yang sama, Will See...

Sumber:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun