Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Mengapa Pemerintah Rajin Menerbitkan SBN Ritel?

21 Februari 2023   12:16 Diperbarui: 28 Mei 2023   10:32 595
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pergerakan harga saham dan SBN. (shutterstock via kompas.com) 

Tak berselang lama setelah penerbitan dua sub seri Surat berharga Negara (SBN) ritel SBR 012 T2 dan SBR 012 T4 yang penawarannya sudah ditutup pada 9 Februari 2023. 

Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementeri Keuangan (DJPPR-Kemenkeu) rencananya akan kembali menerbitkan SBN ritel pada 3 Maret 2023, kali ini berbasis syariah, seri Sukuk Ritel SR 018.

Setelah SR 018,  ada lagi 5 seri SBN ritel yang bakal diterbitkan Pemerintah sepanjang tahun 2023. 

Pertanyaannya kemudian, kok Pemerintah rajin banget sih menerbitkan SBN ritel, itu kan bakal menjadi utang negara baru yang pada saat jatuh tempo harus dibayar kembali, ditambah imbal hasil pula?

Memang harus yah negara itu berhutang?

Sebenarnya tidak harus, tetapi perlu, lantaran faktanya antara anggaran pendapatan lebih kecil dibandingkan alokasi belanjanya, atau dalam istilah ekonomi disebut defisit.

Sebagai gambaran, dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2023 yang kini sedang berjalan, mengutip data dari Kemenkeu pendapatan negara diasumsikan sebesar Rp.2.463 triliun, sementara belanjanya Rp.3.061,2 triliun dengan demikian terdapat gap diantaranya sebesar Rp. 598,2 triliun.

Nah, gap ini lah yang harus ditutupi melalui utang negara, atau biasa disebut pembiayaan anggaran.

Lah, kan bisa saja diseimbangkan, pendapatannya segitu, belanjanya ya segitu juga. Betul banget, hal itu bisa dilakukan, tetapi hampir pasti kita akan kehilangan kesempatan atau oppotunity loss. Karena apabila tidak dikerjakan saat ini atau ditunda pembiayaanya sekarang berpotensi menyebabkan kerugian di masa yang akan datang.

Misalnya, dalam hal pembangunan infrastruktur, kita tertinggal dari segi ketersedian infrastruktur dan konektivitas sehingga menimbulkan tingginya biaya ekonomi yang harus ditanggung masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun