Antara kaget, merasa aneh, sekaligus curious, saat mendapati kabar bahwa maskapai nasional pembawa bendera Indonesia di dunia internasional, Garuda Indonesia Airways (GIAA) mengklaim bahwa pada Semester I Juni 2022 ini mereka mencatatkan untung atau laba bersih senilai US$ 3,81 milyar atau setara dengan Rp.57,24 triliun.
Padahal menurut sejumlah sumber referensi yang saya dapatkan setidaknya dalam 4 tahun terakhir Garuda selalu mencatatkan kerugian yang sangat dalam.
Pada laporan keuangan Garuda di Kuartal I yang dirilis Maret 2022, maskapai pelat merah ini masih mencatatkan kerugian yang sangat besar mencapai US$ 1,36 milyar atau Rp. 20,4 triliun.
Sebelumnya, pada Desember 2020 laporan keuangan Garuda mencatatkan kerugian hingga US$ 2,2 milyar atau Rp. 33 triliun. Pada Desember 2021 catatan kerugiannya tambah membengkak menjadi US$ 4,16 milyar atau Rp 62,14 triliun.
Bagaimana mungkin, Maret 2022 lalu Garuda masih mengalami rugi bersih Rp. 20,4 triliun, 3 bulan kemudian mencatatkan untung bersih hingga mencapai Rp 57,24triliun, naik lebih dari 350 persen.
Keuntungan bersih Garuda sebesar itu dari sebelumnya dihimpit kerugian masif, rasanya mustahil jika didapatkan hanya dari laba operasional perusahaan.Â
Sehebat apapun manajemen Garuda mengelola perusahaannya agak sulit untuk mempercayai, ada orang yang mampu membalikan kerugian sangat dalam, menjadi keuntungan sangat tinggi dalam waktu sesingkat itu.
Dan benar saja keuntungan bersih Garuda sebesar Rp.57.24 triliun itu ternyata berasal dari keberhasilan restrukturisasi utang dari sebelumnya sebesar US$ 10,1 milyar menjadi US$ 5 milyar.
"Jadi, 3,8 miliar dollar AS ini diperoleh dari situ yaitu utang yang turun dari 10,1 miliar dollar AS menjadi sekitar 5 miliar dollar AS," ujar Direktur Utama GIAA Irfan Setiaputra, seperti dilansir Kompas.com. Senin (26/09/22).
Dalam bahasa yang disampaikan oleh Wakil Menteri BUMN Kartiko Wiryoatmodjo, angka itu hanyalah laba buku akibat ada pembalikan liabilitas atau kewajiban akibat dari Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) antara Garuda dan para kreditornya.
"Hari ini ada beberapa terima berita, Garuda mencetak laba Rp 57 triliun sebenarnya laba buku karena itu ada pembalikan dari liabilities setelah PKPU kemarin," ujarnya, seperti yang saya kutip dari CNBCIndonesia.Com.