Manceran itu puncaknya, alias lagi hot-hotnya, matahari tengah berada dalam titik tertingginya dan dalam waktu ini biasanya para petani akan menepi untuk beristirahat dan makan siang.
Pukul 13.00 disebut Wanci Lingsir Ngulon.
Lingsir memiliki arti bergeser, ngulon artinya menuju kulon, arah mata angin yang dalam bahasa Indonesia disebut barat.
Jadi pada waktu ini, matahari sudah mulai bergerak kearah barat.
Pukul 14.00 disebut Wanci Kalangkang Satangtung.
Kalangkang itu artinya bayangan, sedangkan satangtung itu asal katanya dari nangtung atau dalam bahasa Indonesia berdiri.
Jadi, Wanci Kalangkang Satangtung menjadi penanda waktu di mana bayangan orang berdiri akan sama ukurannya dengan saat dia berdiri atau bahkan tak ada bayangan.
Pukul 15.00 disebut Wanci  Mengok.
Mengok itu menurut beberapa sumber literasi bisa diartikan dengan menengok dalam bahasa Indonesia, meskipun padanan itu tak pas benar.
Nah, dalam konteks wanci mengok ini  waktu tersebut menunjukan matahari mulai conding ke arah barat atau bisa juga diartikan matahari mulai menengok ke arah barat.
Pukul 16.00 disebut Wanci Tunggang Gunung
Tunggang itu dalam bahasa Indonesia menaiki, artinya pada jam segini matahari sudah terlihat mulai menaiki gunung, posisinya terlihat seperti sedang tunggang gunung alias menunggangi gunung.
Pukul 17.00 disebut Wanci Sariak Layung
Dalam bahasa Indonesia sariak layung adalah bubuk merah tua. Ini memang sebuah kiasan untuk menggambarkan bahwa layung atau lembayung senja sedang berwarna merah dan bersiap untuk kehilangan cahayanya di ufuk barat (matahari tenggelam).
Pukul 18.00 disebut Wanci  Sareupna
Sareupna merupakan istilah waktu orang sunda untuk menunjukan waktu pergantian dari terang menjadi gelap, biasa waktu ini pada saat Shalat Magrib tiba.
Waktu inilah yang tepat bagi para orang tua untuk menyuruh anaknya kembali ke rumah masing-masing.