Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengenal Penanda Waktu dalam Bahasa Sunda, Sebuah Kearifan Lokal yang Harus Lestari

4 Desember 2021   12:50 Diperbarui: 4 Desember 2021   13:10 2581
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Medium.com/Oki Rosgani

Pada masa dimana zaman belum mengenal petunjuk waktu seperti yang kita kenal saat ini. Masyarakat Suku Sunda  memiliki metode dan penamaan tersendiri untuk menunjukan waktu tertentu.

Istilah waktu yang dalam Bahasa Sunda disebut "Wanci" ini mungkin pengistilahan waktu seperti ini sudah tak populer lagi di kalangan generasi muda masyarakat yang banyak berdiam di kawasan Barat Pulau Jawa ini.

Ya  kita bisa mengertilah hal itu bisa terjadi karena seiring waktu dan berkembangnya teknologi penunjuk jam yang lebih ajeg, universal dan mudah dipahami, urusan penunjuk waktu selalu menggunakan angka.

Pengistilahan waktu masyarakat Suku Sunda ini pada umumnya di dasari oleh petunjuk alam yang ada disekitarnya dan pengalaman kejadian.

Bahasa Sunda ini mungkin merupakan salah satu bahasa yang agak rumit, karena undak unduk basanya atau tata bahasanya memiliki teknik dan metode tersendiri.

Menurut sejumlah sumber referensi yang saya dapatkan, secara garis besar masyarakat Sunda mengistilahkan pembagian bingkai waktu menjadi 2, Beurang (siang) dan Peuting (malam).

Berdasarkan pendekatan waktu 24 jam, pembagian waktu beurang di mulai saat waktu menunjukan pukul 6 dan peuting sekitar pukul 18.

Selanjutnya, pengistilahan waktu dalam bahasa Sunda itu diatur cukup detil, jadi setiap jam dari waktu tersebut memiliki istilah tersendiri.

Saya akan mulai istilah khusus waktu dalam bahasa Sunda mulai pukul 01.00 dini hari yang disebut Tumorek.

Asal kata tumorek yaitu torek  yang memiliki arti dalam bahasa Indonesia tak bisa mendengar. Tumorek sendiri diartikan sebagai tak terdengar atau pura-pura tak mendengar apapun.

Kenapa pukul 01.00 disebut Wanci Tumorek, lantaran biasa pada jam itu biasanya sudah tak terdengar apapun, sunyi senyap alias jempling, semua orang sudah tertidur lelap sehingga suasana menjadi sepi.

Pukul 02.00 disebut Wanci Janari Leutik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun