Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Ustadz Tengku Zulkarnain, Ahok, dan Karma

11 Mei 2021   06:59 Diperbarui: 11 Mei 2021   12:43 5853
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kabar duka datang dari Pekanbaru Riau salah satu tokoh muslim, seorang Ulama yang sempat menjadi Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia, Ustadz Tengku Zulkarnain meninggal dunia karena terpapar Covid-19.

Semasa hidupnya, Ustadz Tengku dikenal sebagai salah satu orang yang secara politik berada di seberang Jokowi dan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok serta para pendukungnya.

Komentar-komentarnya sering kali cukup menohok, ia kerap mengomentari hal apapun terkait kebijakan pemerintah Jokowi, meskipun terkadang komentarnya tersebut tak berdiri diatas data dan fakta yang kuat.

Kiprah Tengku di ranah "politik" nasional dikenal setelah bersama tokoh-tokoh seperti Rizieq Shihab, Bachtiar Nasir, Haikal Hassan dan sejumlah tokoh lainnya menggelar demo bela Islam terkait Ahok yang mereka tuduh sebagai penista agama sehingga berhasil mendepak Ahok dari kursi Gubernur DKI Jakarta dan mengantarnya ke Penjara selama kurang lebih 2 tahun.

Hampir setiap langkahnya terutama untuk urusan keberpihakan secara politik Tengku selalu sehaluan dengan Rizieq Shihab.

Ia pun diketahui menjadi salah seorang tokoh dalam pergerakan 212 yang lahir setelah demo bela Islam pada 2 Desember tahun 2016 lalu.

Meskipun sudah berusia lanjut, Tengku sangat aktif d dunia maya, cuitan-cuitannya di platform media sosial Twitter kerap menghiasi lini masa.

Menarik sih cuitannya, dan acapkali mengundang kontroversi sehingga membuat lini masa riuh rendah oleh cuitan pro dan kontra terhadap unggahan pria kelahiran Medan ini.

Ya, kabar meninggalnya almarhum Ustadz Tengku Zulkarnaen ditanggapi cukup beragam oleh  kawan dan lawan, mereka lebih banyak yang berbela sungkawa seraya berujar "Innalilahi Wa Innailaihi Rojiun, Semoga Khusnul Khatimah" katanya.

Namun, ada juga pihak yang berujar tak pantas, tapi ya itulah dunia medsos kita bahkan orang yang meninggal pun dirisak.

Bahkan di lini masa Twitter saat ini, Ahok menjadi trending topic, karena ada sejumlah netizen yang seolah menganggap meninggalnya Ustadz Tengku ini merupakan karma atas perbuatannya terhadap Ahok 4 tahun lalu.

Mereka menyebutnya kutukan Ahok, memang saat sebelum Ahok dijebloskan ke Penjara Mako Brimob ia pernah berujar.

"Percayalah, Kalau anda menzalimi saya yang anda lawan adalah Tuhan Yang Maha Kuasa, Maha Esa. Saya akan buktikan satu persatu dipermalukan, terimakasih"

Mereka menyebutnya karma Ahok, selain meninggalnya Ustadz Tengku, penahanan Rizieq Shihab dan Munarman pun kerap dikaitkan dengan "Karma Ahok" ini.

Secara sederhana karma berarti suatu konsekuensi perbuatan yang diterima karena kelakuan dan perbuatan si manusia sendiri.

Kata 'Karma' secara harfiah merupakan bahasa sansekerta yang berarti perbuatan dan hasil yang akan di dapat dari perbuatan tersebut dinamakan karmaphala, sementara akibat yang ditimbulkan dari perbuatan disebut karma vipaka.

Jika dilihat dari Istilahnya, karma memang tidak ada dalam khazanah Islam. Tetapi ajaran Islam menyepakati jika tingkah laku buruk akan mengakibatkan sebuah keburukan juga. Sehingga umat muslim diwajibkan untuk senantiasa berbuat baik.

Apakah Ustadz Tengku Zul selama ini senantiasa berbuat baik? Saya dan kita semua rasanya tak memiliki kapasitas yang cukup untuk menilai kebaikan dan keburukan seseorang, toh kita hanya mengenalnya dipermukaannya saja.

Yang jelas Almarhum masih manusia, ada kebaikannya dan tentu saja ada kesalahannya juga. Ia bukan malaikat yang benar terus, pun bukan setan yang salah terus.

Nah, konteks meninggalnya Ustadz Tengku Zul, saya kok melihat framing sebagian warga net terkait meninggalnya Tengku Zul, sungguh sangat tak.pantas.

Kita boleh lah berbeda pandangan politik sekeras dan selebar apapun perbedaan itu. Tapi melakukan atau berkata-kata hal yang tidak baik apalagi hinga merisak terhadap seseorang yang telah meninggal atau tertimpa musibah, sangat tak beretika dan jauh dari moral teologis dan Pancasila yang selama ini kita agung-agungkan.

Mari kita sudahi saling hina atau berkata-kata tak senonoh terhadap siapapun, bahkan terhadap lawan, kita bisa tak bersepakat terhadap apapun tapi tetap hormatilah dan berempati lah kepada siapapun, paling tidak dengan berlandaskan hubungan kemanusiaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun