Sehingga orang yang bermoral baik adalah yang relijius. Sebagaimana yang diungkapkan Kyai sepuh Gus Mus bahwa isi dari keseluruhan agama adalah akhlak. Sehingga seseorang yang baik moralnya berarti baik agamanya, dan sebaliknya.
Namun, kalimat di atas bukan untuk mengatakan bahwa mereka yang tak beragama atau agnostik dan atheis sudah pasti tak bermoral.
Buktinya negara seperti Denmark yang sangat sekuler, jauh dari relijiusitas menjadi salah satu negara paling bersih dari korupsi.
Hal ini menunjukan bahwa  pemahaman relijiusitas tak bisa dimaknai secara sempit dan terbatas hanya tertumpu pada relasi vertikal yang transenden, tetapi mengabaikan kesalehan sosial yang bersifat horizontal.
Untuk itu lah  ibadah di bulan Ramadan mengajarkan umat Muslim untuk  menekan egoisme dan lebih peduli pada keadaan sosial seperti ketimpangan ekonomi melalui bersedekah, melatih kemampuan sosial-personal dengan pengendalian emosi dengan berpuasa.
Pengendalian emosi ini menjadi sangat penting agar tak bersumbu pendek, bisa menjauhi keserakahaan, atau menghalalkan segala cara untuk meraih kekuasaan dan kekayaan.
Yang ujungnya bisa menjadi manusia beriman yang bertaqwa, seperti tujuan ibadah puasa di bulan Ramadan.
Jika memang sudah bertaqwa yang sebenar-benarnya taqwa hampir dapat dipastikan  moralitasnya akan terjaga.