Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Utang, Nikmat Membawa Sengsara

8 Agustus 2020   10:01 Diperbarui: 8 Agustus 2020   09:51 741
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Utang atau hutang adalah suatu hal yang sebaiknya dihindari, karena acapkali utang bisa membuat orang seperti kehilangan arah, pusing kepala, bahkan putus asa.

Tak sedikit orang yang terlilit utang dan orang tersebut tak memiliki kemampuan untuk membayar kembali utang itu menjadi frustasi dan berujung dengan mengakhiri hidupnya sendiri.

Tak heran Rasulallah Muhammad Shallaluhu Alaihi Wassalam pernah bersabda terkait keberadaan utang dalam Hadist yang di riwayatkan oleh HR Bukhari yang artinya kurang lebih begini:

"Berhati-hatilah kamu dalam berhutang, karena sesungguhnya hutang itu mendatangkan kerisauan di malam hari dan menimbulkan kehinaan di siang hari"

Faktanya memang demikian, ketika kita memiliki utang yang sudah jatuh tempo, sementara uang untuk melunasinya belum kita dapatkan, hal itulah yang akan kita rasakan.

Di siang hari, ketika ada orang yang datang menagih dan kita menyatakan diri belum mampu membayar, paling tidak kata-kata menusuk hati akan datang menghampiri kita.

Di malam hari, kita menjadi gundah gulana apalagi ketika uang untuk membayar utang belum ada, bisa-bisa kita melek sampai pagi memikirkan alasan kepada si pemberi utang.

Hal ini berbanding terbalik dengan nikmatnya saat orang di beri utangan oleh seseorang, bak menemukan oase ditengah gurun yang tak bertepi.

Bayangkan, ketika kita benar-benar membutuhkan uang untuk kebutuhan yang dihadapi, sementara dikantong tak ada uang. 

Kemudian ada orang yang meminjamkan kita uang dengan janji akan dikembalikan dalam jangka waktu tertentu, rasanya nyawa kita tersambung lagi. Nikmatnya tiada tara.

Namun pada saat jangka waktu berutang itu sudah habis, tiba saatnya untuk membayar meskipun kita memiliki uang untuk membayarnya rasa yang dimiliki akan berbanding terbalik dengan saat kita menerima uang pinjaman tersebut. Sengsara tiada tara.

Perasaan klasik seperti itu sebenarnya tak harus terjadi andai sejak awal kita memaknai bahwa utang itu merupakan amanah yang sesuai janjinya dalam jangka waktu tertentu harus dikembalikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun