Ketidakpastian merupakan salah satu hal yang paling tidak disukai oleh manusia. Menunggu tanpa kejelasan merupakan salah satu bagian dari ketidakpastian tersebut.
Hal ini yang mungkin sedang terjadi dalam politik kekuasaan di Indonesia belakangan. Dipicu oleh kegeraman Jokowi saat Sidang Kabinet beberapa waktu lalu.
Karena para Menterinya tak perform dalam bekerja menangani pandemi Covid-19, akhirnya Jokowi mengancam akan me-reshuffle menteri-menteri dalam Kabinet Indonesia Maju.
Unggahan video dari Sekretariat Presiden (Setpres) yang menggambarkan kejadian tersebut dilakukan setelah 10 hari kejadian aktualnya terjadi.
Nah, setelah itu sontak isu reshuffle menjadi bahan perbincangan semua masyarakat Indonesia. Mulai dari yang mempertanyakan mengapa harus ada jeda waktu cukup panjang antara kejadian aktualnya sampai kemudian di unggah oleh Setpres.
Hingga siapa saja personil-personil yang layak untuk di reshuffle dan publik mulai menerka-nerka siapa saja sosok yang pantas untuk menggantikannya.
Isunya menjadi liar dan hal ini sudah dapat dipastikan secara psikologis akan mengganggu pikiran para menteri sehingga bisa saja merusak fokus mereka dalam bekerja.
Harapan Jokowi saat memutuskan memberi ijin video itu diunggah menjadi konsumsi publik sebenarnya akan memicu para menterinya untuk bisa bekerja secara extraordinary seperti yang ia ungkapkan dalam pidato penuh kegeraman tersebut.
Mungkin dalam pengamatan Jokowi, meski ia sudah berbicara sangat keras dalam Sidang Kabinet tersebut sepuluh hari sebelum di unggah Setpres lewat laman Youtube miliknya, ia tak melihat ada progres yang cukup menjanjikan dari para menterinya dalam menangani Pandemi Covid-19 dan segala dampaknya.
Jokowi berharap setelah unggahan tersebut beredar secara luas ke publik akan menambah tekanan pada para menterinya untuk bekerja secara extraordinary.Â
Kelihatannya harapan Jokowi terkabul, progres menteri dalam bekerja mulai terlihat nyata di lapangan, para menteri terlihat lebih gesit bekerja.