Gojek sendiri memang posisinya sangat berat, aktivitas bisnisnya memang terdampak langsung pandemi ini. Ketika mobilitas manusia dihentikan atau dikurangi maka yang paling terkena dampak ya bisnis transportasi.
Gojek core bisnisnya adalah sektor tranportasi dan berbagai turunannya jadi wajar saja jika harus melakukan restrukturisasi dengan cara mem-PHK karyawan untuk menjaga kelangsungan bisnisnya
Walaupun sebenarnya jika melihat cashflow milik Gojek, PHK Â itu bisa dihindari,apalagi di awal Juni 2020 lalu mereka mendapatkan suntikan dana investasi dari facebook, Paypal, dan tambahan investasi dari Tencent serta Google.
Namun, kabarnya suntikan dana tersebut khusus diperuntukan bagi pengembangan aplikasi Gopay dalam mengembangkan sistem pembayaran dan keuangan digital, seperti yang diungkapkan Co-CEO Gojek Andre Soelistyo.
"Bergabungnya Facebook, PayPal, Google dan Tencent membuat kami memiliki kesempatan untuk mencapai sesuatu yang betul-betul unik seiring dengan upaya kami mendukung lebih banyak digitalisasi di dunia usaha dan memastikan jutaan pelanggan mendapat manfaat dari ekonomi digital." katanya. Rabu(03/0620). Seperti dilansir Kontan.co.id.
Jadi secara manajerial mungkin tetap harus melakukan PHK tersebut agar geraknya bisa lebih agile dan ujungnya bisa lebih profitable.
Saya menduga PHK di Gojek ini tak akan menimbulkan gejolak berarti bagi perusahaan atau ketenagakerjaan di Indonesia. Karena Gojek bukan hanya sekedar melakukan PHK.
Tim manajeman Gojek akan memberikan "Golden Shakehand" bagi mereka yang ter-PHK. Mereka memberikan paket yang cukup menarik agar karyawan yang terkena bisa tetap survive, jaminan kesehatan pun akan tetap diberikan hingga akhir tahun 2020 ini.
Kemudian, Gojek akan memberikan konseling dan mereka akan dimasukan ke dalam program untuk mendapatkan pekerjaan kembali.
Bagaimana dengan para Mitra kerja di aplikasi GoClean dan GoMassage yang dihentikan aktivitasnya, Gojek telah menyiapkan program khusus yaitu Program Solidaritas Mitra Covid-19.
PHK itu bukan hanya perkara uang namun juga ada kebanggaan yang hilang. Namun sekali lagi, dalam kondisi ekonomi seperti saar ini tak ada satu pun perusahaan yang sepenuhnya aman. Pengelolaannya harus ekstra hati-hati.