Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sindrom Stockholm, Kala Sandera Bersimpati pada Sang Penculik

31 Mei 2020   17:07 Diperbarui: 31 Mei 2020   17:12 456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Blog.psikologinusantara.com

Namun salah seorang korban penculikan dalam kasus yang lain, Natascha Kampuzch menolak label Sindrom Stockholm.

"Saya merasa itu adalah hal yang wajar jika kita menyesuaikan diri dengan penculik. Apalagi jika menghabiskan banyak waktu bersama mereka. Ini tentang empati dan komunikasi. Mencari normalitas dalam kerangka kejahatan bukanlah sindrom, tapi strategi bertahan hidup," ujarnya.

Mungkin yang diungkapkan Natascha itu benar juga, karena terkadang ketika kita dalam situasi nyawa terancam, secara reflek akan menghadirkan mekanisme pertahanan diri berupa kemampuan yang kita sendiri saja tak pernah tahu mampu melakukannya.

Termasuk di dalamnya bersikap tenang dan seolah kooperatif dengan kondisi yang ada. 

Mungkin, bagi yang ingin mengetahui bagaimana Sindrom Stockholm ini terbentuk, bisa menonton Film lawas yang dibintangi oleh Al Pacino Berjudul "Dog Day Afternoon". Film ini masuk sebagai nominasi Film terbaik dalam ajang Oscar tahun 1975.


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun