Kabur kemana? Usia renta, kemampuan finansial tak ada. Apa karena sang kakek  hanya orang kecil, tak memiliki koneksi, lantas bisa diperlakukan seperti ini dengan mengesampingkan rasa kemanusian dan keadilan.
Mari kita bandingkan dengan kasus lain yang melibatkan orang besar atau kelompok besar yang memiliki dana berlimpah dan koneksi yang panjang mengular bagai ular Anaconda.
Kasus penyuapan salah satu Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) Â yang kini sudah jadi mantan, Wahyu Setiawan.
Seperti yang sudah kita ketahui bersama bagaimana prosesnya, dan siapa yang terlibat dalam kasus suap menyuap urusan pergantian antar waktu (PAW) anggota DPR-RI ini.
Ada Partai penguasa yang jargonnya "pembela wong cilik" terlibat di dalamnya, walaupun tak akan pernah ada yang mengakui bahwa itu terjadi atas nama partai.
Yang bersalah selalu oknum, dan malangnya aktor utamanya yang tahu persis bagaimana kasus itu terjadi dari sisi penyuap raib entah kemana.
Ya, katanya Harun Masiku kader PDIP yang dicalonkan dengan sangat-sangat gigih oleh partainya, berada di Singapura.
Saya yakin Harun sudah tak berada di sana, Singapura hanya pintu masuk untuk keluar entah kemana.
Lantas dalam proses penyelidikan yang dilakukan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), sampai saat ini KPK belum berhasil menggeledah ruang Sekretaris Jenderal PDIP di Kantor DPP PDIP.
Alasannya ya simpang siur tak jelas lah pokoknya. Malah dengan kekuatannya sebagai partai penguasa mereka melakukan perlawanan dengan melaporkan berbagai media ke Dewan Pers, karena dianggap memberitakan kasus ini yang menyudutkan "partai wong cilik" ini.
Entah bagaimana akhir kisah cinta ini, ya cinta jabatan maksudnya. Terlihat jelas hukum menjadi lunglai, layu kaya petinju kena tonjok dirahangnya.