Mohon tunggu...
Ferry Koto
Ferry Koto Mohon Tunggu... wiraswasta -

Seorang Usahawan, Memimpikan Indonesia Yang Berdaulat, Yang bergotong Royong untuk Mandiri dan Bermartabat

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mental Inferior yang Harus Direvolusi

28 September 2015   11:12 Diperbarui: 28 September 2015   12:48 610
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Twit @Ferrykoto"][/caption]Pertemuan antara pimpinan dan anggota DPR RI dengan pengusaha yang juga bakal kandidat Presiden AS, Donald Trump (DT) di Trump Plaza New York City, telah membuat kegaduhan di Indonesia. Pro-kontra pertemuan itu tidak hanya dikalangan elit politik tapi juga jadi perdebatan ditengah masyarakat. Bahkan akibat pertemuan tersebut, yang dianggap melanggar kode etik dewan, saat ini bergulir gugatan ke Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD).

Saya pribadi melihat, tidak ada persoalan besar yang pantas diributkan dari pertemuan tersebut. Selain karena DT belumlah menjadi calon Presiden AS, bahkan bakal kandidat dari Partai Republik pun belum. Juga tidak ada yang pantas dikhawatirkan bagi kita sebagai sebuah bangsa yang berdaulat.

Saat berita dan foto-foto pertemuan tersebut beredar di dunia maya, saya menulis di twitter sebuah harapan;

Menanti masa, tokoh dunia merasa terhormat dan bangga jika diberi kesempatan selfie bersama pemimpin Indonesia.

Ya, ungkapan kekecewaan rasanya pantas dikemukakan, karena melihat para pemimpin dari negara besar ini, negara yang sudah berdaulat selama 70 tahun, begitu bangga dapat berada sepanggung dan berselfie-ria dengan orang-orang bule yang notabene dari ras bangsa yang dulu pernah menjajah Indonesia.

Mungkin rasa bangga itu yang membuat para anggota Dewan tersebut menjadi lupa segalanya, bahkan bisa jadi juga lupa bahwa setiap gerak-gerik langkah mereka sebagai politisi selalu diperhatikan lawan politiknya, lengah sedikit, terpeleset, pasti akan diterkam !!

Hanya rasa bangga itulah yang bisa saya jadikan analisa, kenapa Pimpinan dan anggota DPR yang demikian powerfull(pakai istilah DT) bisa salah langkah. Memajang wajah nya didepan kamera yang tersiar keseluruh dunia dalam acarakonferensi pers seorang bakal kandidat Presiden AS. Dan makin terlihat nyata, rasa bangga itu juga menjerumuskan mereka untuk berselfie-ria, tidak saja dengan DT, tapi juga dengan pemandu sorak, yang ada disana.

Mental Inferior, mungkin ini bisa mewakili kenapa rasa bangga itu muncul. Merasa kalah superior, kalah populer, kalah ternama, kalah pengaruh, sehingga merasa terhormat, merasa bangga bisa sepanggung, bisa berfoto, berselfie-ria dengan orang-orang yang superior.

Terlihat diacara itu jangankan DT bahkan tidak ada satu orang bule pun yang berusaha meminta kesempatan selfie dengan pimpinan DPR tersebut. Entah siapa sebenarnya yang dimaksud powerfull oleh DT.

Sisi lain, ternyata yang inferior dalam kasus ini tidak hanya Pimpinan dan anggota DPR yang hadir disana, tapi juga tokoh-tokoh politik bahkan akademisi yang menyikapi pertemuan itersebut di Indonesia, tidak kalah inferior-nya.

Ada yang berkomentar bahwa kejadian tersebut akan membuat buruk hubungan Indonesia-AS kedepan, apalagi jika DT nanti kalah dalam pemilihan Presiden AS. Ada juga yang khawatir, Indonesia akan dianggap berpihak kesalah-satu kandidat Presiden AS dan mencampuri urusan Politik AS.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun