Mohon tunggu...
Fernando Simandalahi
Fernando Simandalahi Mohon Tunggu... Editor - Editor

Only a nerd, trapped in the right body. :D I write quotes on Instagram: @fernandosimandalahi || Baca Novel Wattpad: My (Not So Hot) Pariban : https://www.wattpad.com/343102339-my-not-so-hot-pariban-on-going-satu || Go follow. :)

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Ayo Donor Plasma Konvalesen

27 Juli 2021   18:44 Diperbarui: 27 Juli 2021   19:01 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dengan gemetar, akhirnya saya masuk ke ruang donor. Sayangnya, alat apheresis---alat untuk mengambil darah---berada di sebelah kanan, sementara darah akan diambil dari lengan kiri saya. Mampus! Mau tidak mau, selang darahnya harus melintang di dada, terpampang nyata. Dengan sedikit berbisik, saya bilang ke petugas PMI, "Kak, boleh tidak selangnya tidak saya lihat? Saya takut darah!"

Petugas tersenyum dan menjawab, "Kita sembunyikan di bawah selimut saja kalau gitu ya, Kak!"

Setelah itu, proses pengambilan darah pun dimulai. Saya diberi satu balon pompa untuk di remas-remas di telapak tangan agar proses pengambilan darahnya berjalan lancar. Sepanjang prosesnya, saya masih takut, tentu saja. Namun, sebenarnya tidak ada yang menyeramkan. 

Tusukan jarum seperti tusukan saat cek darah biasa. Saya sudah membayangkan bahwa darah akan disedot dan saya akan merasa seperti korban isapan vampir di film-film, tiba-tiba pucat kehabisan darah dan mati. Ternyata tidak. Aliran darah hampir tidak terasa, hanya sedikit kebas efek meremas-remas balon pompa. 

Yang membuat saya lemas hanyalah ketakutan saya pada jarum suntik dan darah. Untungnya, ruangan donornya sangat nyaman, tempat tidurnya nyaman, dan ada film di TV LCD yang bisa dipakai untuk mengalihkan perhatian dari 'proses penyedotan' ini.

Foto: Dok. Pribadi
Foto: Dok. Pribadi

Tiga puluh atau empat puluh lima menit kemudian, seluruh rangkaian pengambilan plasma selesai sudah. Tidak ada yang pingsan, tidak ada yang pucat kehabisan darah, tidak ada yang mati, saya masih bisa berdiri dan pulang dengan selamat. Saya pulang dengan perasaan bahagia, bahwa hari itu saya sudah mengubah sakit menjadi berkat, bahwa saya sudah menghadiahi seseorang---yang tidak saya kenal---bagian dari diri saya, sesuatu yang berharga yang mungkin akan menyelamatkan nyawanya.

Saya tidak menganggap diri sebagai malaikat, tetapi yang saya tahu, saya sudah melakukan kebaikan. Dan itu rasanya sungguh menenteramkan.

Melalui unggahan ini saya juga ingin mengajak teman-teman penyintas COVID-19 untuk melakukan hal yang sama. Jika Anda penyintas COVID dan sudah dinyatakan sembuh maksimal 3 bulan lalu, berumur 18-60 tahun dengan BB lebih dari 55 kg, hubungilah PMI terdekat dan donorkan plasma konvalesen Anda. Itu mungkin akan menyelamatkan nyawa seseorang.

Memang kita tidak diberi imbalan apa pun, hanya diberi sepaket susu dan camilan, tetapi rasa bangga karena telah berbuat kebaikan itu tidak bisa tergantikan oleh apa pun.

Mari berdonor!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun