Perceraian tidak hanya berdampak pada pasangan yang bercerai, tetapi juga pada anak-anak dan lingkungan sosial. Beberapa dampak yang ditimbulkan antara lain:
Dampak pada Anak -- Anak-anak yang berasal dari keluarga bercerai cenderung mengalami gangguan psikologis dan kesulitan dalam perkembangan sosialnya.
Dampak Ekonomi -- Banyak ibu tunggal yang mengalami kesulitan ekonomi pasca-cerai, terutama jika tidak memiliki keterampilan atau pekerjaan tetap.
Masalah Sosial -- Perceraian yang tinggi dapat memicu peningkatan angka kemiskinan, kenakalan remaja, serta berbagai masalah sosial lainnya.
Peran Pemerintah dan Lembaga Sosial dalam Pemberdayaan Keluarga
Upaya pemberdayaan keluarga pasca-perceraian masih menjadi tanggung jawab individu, meskipun ada beberapa program yang diberikan oleh Badan Amil Zakat Daerah (Bazda) dan instansi lainnya. Program-program ini antara lain:
Bantuan Sosial dan Modal Usaha -- Bazda memberikan bantuan ekonomi kepada keluarga miskin, termasuk yang terdampak perceraian.
Pembinaan Keluarga Sakinah -- Program ini bertujuan untuk membina pasangan agar memiliki kehidupan rumah tangga yang lebih harmonis, meskipun anggarannya masih terbatas.
Layanan Konseling dan Mediasi -- Kantor Urusan Agama (KUA) seharusnya berperan sebagai mediator dalam menyelesaikan konflik rumah tangga, tetapi sering kali peran ini diabaikan oleh masyarakat.
Kesimpulan dan Rekomendasi
Meningkatnya angka perceraian di Kabupaten Wonogiri menunjukkan bahwa masih banyak permasalahan dalam kehidupan rumah tangga, baik dari segi ekonomi, sosial, maupun mental pasangan. Oleh karena itu, beberapa rekomendasi yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini adalah:
