Mohon tunggu...
fellytaputri
fellytaputri Mohon Tunggu... Pelajar

Smanstar menulis

Selanjutnya

Tutup

Seni

Kesenian Kuda Lumping Di Era Modern (transfo

7 Maret 2025   21:20 Diperbarui: 7 Maret 2025   21:19 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kesenian kuda lumping merupakan salah satu kesenian tradisional Indonesia yang ada di Jawa Timur. Tarian kuda lumping ini menggunakan kuda yang terbuat dari bambu dengan dihiasi rambut tiruan dari tali yang dikepang. Penampilan kesenian kuda lumping ini menyuguhkan beberapa atraksi seperti kesurupan, kekebalan, dan kekuatan magis contohnya memakan beling dan kekebalan tubuh terhadap pecutan.
      Dikalangan gen Z kesenian kuda lumping ini sangat trending dikarenakan gerakan kaki gedruk yang sangat menarik dan asik, tidak hanya itu, sekarang banyak anak muda yang menyebut kesenian kuda lumping dengan kata "MBEROT" yang artinya memberontak atau marah. Kesenian kuda lumping diera modern juga bisa di padukan atau di iringi dengan music horeg tak heran jika di era modern ini kesenian kuda lumping banyak peminatnya adalah para gen Z. 

Sejarah
          Tari kuda lumping punya Sejarah yang masih simpang siur. Pasalnya, terdapat sangat banyak versi yang beredar tentang asal-usul tarian ini. Adapun, masih belum jelas kebenaran atau sumber asli dari masing-masing versi tersebut.
          Terdapat 5 versi asal-usul kuda lumping dan terbentuknya kesenian ini yaitu:
1. Berdasarkan versi pertama. Tari kuda lumping sudah hadir sejak dalam zaman primitive. Tarian ini dipakai dalam ritual yang sifatnya magis atau upacara adat. Semua property yang digunakan awalnya sangat sederhana, tetapi terus berubah dan berkembang seiring melanjutnya waktu.
2. Menurut versi kedua, tari kuda lumping ialah bentuk dukungan penuh atau apresiasi dari rakyat jelata terhadap perjuangan pangeran diponegoro dan pasukan kudanya dalam mengusir dan melawan para penjajah.
3. Ada pula versi ketiga yang menganggap asal-usul tari kuda lumping adalah gambaran atas perjuangan Sunan Kalijaga dan Raden Patah beserta para pasukannya dalam mengusir para penjajah dari Nusantara.
4. Dalam versi keempat, tarian yang satu ini dianggap berasal dari penggambaran proses latihan pasukan perang Kerajaan Mataram yang dikomandoi oleh Sultan Hamengku Buwono I dalam menghadapi jajahan Belanda.
5. Adapun versi terakhir dari asal-usul kuda lumping ialah versi yang paling lengkap, yakni menceritakan tentang seorang raja tanah Jawa yang sangat sakti.
Meski berbagai versi tersebut belum jelas yang kebenarannya terbukti, tetapi itu bukanlah masalah besar. Itu artinya, yang terpenting dan mesti diingat, kebudayaan yang satu ini ialah asli Indonesia sejak zaman dulu.

makna kesenian kuda lumping
           Kesenian Kuda Lumping memiliki keunikan tersendiri berupa adanya hjberbagai hal mistis yang tak biasa kita temui. Decak kagum penonton tentulah terundang atas perpaduan antara alam nyata dan alam gaib ini, sebab berbagai atraksi dalam kuda lumping dilakukan meski tampak berada di luar nalar kemampuan manusia sadar. Biasanya, tradisi kuda lumping tampil di berbagai acara umum ataupun khusus, seperti perayaan hari besar, pesta pernikahan, serta momen lainnya.
          jika penari mulai menunjukkan atraksi makan beling, makan bara api, lompat ke bara api, sampai berjalan di atas pecahan kaca, saat itulah fase dengan kekuatan supernatural muncul. Uniknya lagi, mereka akan menari dalam kondisi kesurupan.

        Pertunjukan kesenian kuda lumping mempunyai makna yaitu melambangkan bagaimana keberanian para prajurit kerajaan dalam berperang sampai mereka rela berkorban untuk. Hal ini disamakan dalam kehidupan manusia harus berani bertanggung jawab dan semangat pantang menyerah serta saling gotong royong.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun