Mohon tunggu...
Felix Sevanov Gilbert (FSG)
Felix Sevanov Gilbert (FSG) Mohon Tunggu... Freelancer - Fresh Graduate Ilmu Politik UPN Veteran Jakarta. Intern at Bawaslu DKI Jakarta (2021), Kementerian Sekretariat Negara (2021-2022), Kementerian Hukum dan HAM (2022-2023)

iseng menulis menyikapi fenomena, isu, dinamika yang kadang absurd tapi menarik masih pemula dan terus menjadi pemula yang selalu belajar pada pengalaman

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Gerak Kuda Koalisi Perubahan, Sentimen Reshuffle atau Elektoral?

1 Februari 2023   12:00 Diperbarui: 1 Februari 2023   11:59 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Senin 30 Januari 2022 sore, Tim Kecil Koalisi Perubahan dimana ada Sudirman Said dari unsur relawan (non partisan), kemudian Sohibul Iman (Wakil Majelis Syuro PKS) dan dari Demokrat ada Sekjennya yaitu Teuku Rifky Harsya namun minus Nasdem akhirnya mengumumkan bahwa PKS sudah bersepakat akan masuk dalam koalisi hingga pada akhirnya Capres Koalisi Perubahan yaitu Anies Rasyid Baswedan resmi mendapatkan peluang untuk maju di Pilpres 2024 nanti mengingat sudah memenuhi Presidential Threshold 20 persen jika 3 partai sudah bersepakat setelah sebelumnya Demokrat sudah rilis tertulis mendukung. Kini PKS, namun masih secara informal dukungan tersebut mengingat Presiden PKS dan Majelis Syuro masih harus bersidang dan diputuskan pada forum tertingginya. Mereka menjamin 24 Februari 2022, Deklarasi itu bisa disampaikan. 

Perkara yang sama juga akan disampaikan oleh Demokrat bahkan mereka juga mengutarakan bahwa perlu kebersamaan dan keseimbangan dari antara Koalisi Perubahan agar seterusnya berjalan lancar. Konteksnya adalah supaya relawan baik di akar rumput maupun tokoh-tokoh Nasional dan Lokal makin intens bergerak bergerilya. Lantas, yang menjadi pertanyaan kemanakah Nasdem?

Klaim dari Sohibul Iman, tadinya ada wakil Nasdem namun karena ada konsolidasi internal dan juga perwakilan lain mengingat sebagai pimpinan AKD DPR maka ada agenda di Komisi/AKD tersebut yang tidak bisa ditinggal intinya secara informal sudah mendukung. Tapi secara fisik, tentu menjadi pertanyaan juga malahan kenapa lebih banyak perwakilan dari Demokrat yang hadir dibanding PKS sendiri. Bukan hanya Sekjen, tapi ada Jubirnya ada Majelis Tinggi dan pengurus lain di sebuah Restoran yang letaknya mungkin tak jauh dari Bandara Soekarno Hatta. Mengingat Sohibul Iman kabarnya akan mengunjungi duluan Presiden dan Majelis Syuro PKS yang sedang di Istanbul untuk nantinya menuju ke Tanah Suci. Menjadi masalah adalah, ketika Koalisi Perubahan justru punya agenda sendiri dimana Elit lain malah asyik bersafari di NTB belum lama bahkan masih rangkaian disana. 

Demokrat dan PKS sudah berupaya seolah memimpin dengan caranya sendiri. Sekalipun elit-elit juga ada di Jakarta. Mungkinkan karena sentimen Reshuffle Rabu Pon sudah dekat sehingga Nasdem seakan ingin menjaga jarak sejenak sampai politik mencair? Wallahualam, usaha mencairkan memang sudah dijalankan. Surya Paloh sudah datang ke Istana atas undangan Presiden. Lantas apakah ini termasuk upaya lobby agar Nasdem tidak tergantung alias posisinya random dalam Kabinet. Bahkan ada narasi yang mengatakan bahwa ini terjadi karena kesalahan Nasdem sendiri. Ngakunya Partai Pemerintah tapi apa-apa tidak dikomunikasikan dengan baik kepada Pemerintah. Malah asyik ria bermanuver layaknya Oposisi. Kalau PKS dan Demokrat jelas tidak harus komunikasi (bukan izin) namun Nasdem seolah lupa bahwa ada tanggungjawab moral semua dilaporkan ke Presiden. 

Menarik juga untuk diikuti jika sentimennya berkata demikian. Lantas wajar saja jika ada semacam manuver tersebut mengingat Nasdem sendiri sudah berani menunjukkan dominasinya. Ibarat kata, Surya Paloh juga ingin mencari kuda baru seolah Jokowi sekarang sudah tidak bisa menjadi kuda melainkan akan menjadi bumerang. Maka disodorkanlah Anies sebagai harapan (bahasa mudahnya : kuda) yang akan menggerakkan Nasdem kearah lebih stabil. Terus terang di periode kedua ini, Nasdem juga merasa bahwa Presiden Jokowi sedang menghilangkan dominasi itu. Dominasi yaitu 'Jokowi adalah Kita' justru malah menekan dan seakan mengarah membalas budi bahwa Nasdem harus dijamin eksistensinya. Jokowi tidak ingin seperti itu, apalagi berdasarkan temuan di Kejaksaan bahwa tidak sedikit pula kasus yang muncul dan menyangkut nama Nasdem baik di Kementerian maupun Pemerintahan Daerah. Berbahaya sekali. Meskipun tak bisa dipungkiri siapapun partai yang ada bahkan penguasa di Pemerintahan akan punya kesempatan korup. Namun Nasdem seolah 'main cantik' dan ini yang membuat Jokowi geram dan lama-lama akan bertindak. Namun dengan cara yang halus layaknya seorang khas Solo. Sekalipun alon asal kelakon. Biar apa yang dikatakan sederhana namun langsung cus maknanya dalam sampai ke akarnya. Demikian yang bisa terjadi

Maka lantas saja, Nasdem mengeluarkan gerak kudanya yaitu kuda hitam alias diem-diem untuk tidak terlalu all out beberapa waktu setelah gerak Safari usai kemarin. Karena apa? Salah-salah bisa habis lahan yang sudah ditanam sama Nasdem di Pemerintahan yang sebenarnya efektif untuk eksistensi dan komposisi logistik kedepannya. 

Sementara Demokrat juga yang 10 tahun berkuasa pun kini bergantung pada keputusan Nasdem. Sekalipun pernah jadi penguasa namun 9 tahun lalu, mereka down sebagai anak bawang. Apalagi PKS yang selama ini hanya mengekor saja, meskipun basisnya militan. Tapi perkara modal, ya wassalam lah. Nasdem melalui Surya Paloh hadir sebagai harapan, karena Oposisi 2 partai pun juga paham bahwa SP merupakan delman yang hebat, otomatis logistik juga akan mudah masuk. Namun delman yang hebat juga perlu jalanan yang memadai. Bukan jalan berbatu seperti jalannya Oposan. Nasdem juga tahu diri bahwa jalan mulus hadir karena kepercayaan yang muncul dari sosok yang bernama Jokowi. Kuda yang bagus, bukan kuda yang payah itu. Kuda yang hanya bermain dalam narasi saja. Tentunya menjadi menarik tontonan-tontonan seperti ini termasuk bagi Relawan Anies non partisan sendiri baik yang memodali maupun yang akan gerak ke lapangan. Kalau mesin partai saja begini, bagaimana mau maksimal. Tapi relawan pun juga segera mendesak agar Nasdem juga istiqomah dengan posisinya untuk keluar dari Pemerintah. 

Sangat mungkin dan Nasdem pun siap-siap saja toh mereka juga modal banyak sama Jokowi. Tapi perlu diingat simbiosis mutualisme juga diperhitungkan, Nasdem kuat karena Jokowi karena konstituen yang mayoritas relawan Jokowi. Apabila dia sudah bersikap duluan, gerak kuda putih ala PKS dan Demokrat. Maka akan semakin menegaskan keyakinan bahwa Nasdem memang layak dicap sebagai pengkhianat. Karena tidak konsisten mengawal Jokowi hingga akhir, bahkan sudah duluan bermanuver yang pasti mengecewakan relawan yang selama ini memenangkan Nasdem. Perhitungan yang sama juga terjadi ketika apabila hal ini terjadi, apa jaminan semua relawan Anies akan memperkuat Nasdem seperti sekarang? Kita tidak tahu. Tapi itulah rumitnya, rumit hilang lahan basah, rumit juga karena hilang dukungan setia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun