Mohon tunggu...
Hillary Felicia Purnama Pukiat
Hillary Felicia Purnama Pukiat Mohon Tunggu... Bidan - ibu

Menulis adalah sebuah terapi untuk pembelajaran hidup, termasuk di dalamnya proses. Sebab Proses pasti memberikan hasil, entah itu cepat atau lambat. Karena aku adalah perempuan bahagia dan perempuang paling beruntung :)

Selanjutnya

Tutup

Politik

Soekarno Menangis

15 Maret 2017   21:00 Diperbarui: 16 Maret 2017   06:00 2576
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejak kecil, saya sangat mengagumi sosok Bapak ini, yang sudah pasti kita kenal Pak Soekarno, presiden RI pertama, THE FOUNDING FATHER. 

Saat zaman sekolah di Malang, jika diberi uang jajan oleh papa atau Pater, pastinya aku akan pergi ke pasar buku bekas, di daerah Splendid, yang sekarang ini disebut Pasar buku bekas di Wilis, karena berada di jalan Wilis Malang. Buku yang kubeli, kebanyakan pasti tentang Soekarno, rasanya kalo sudah membaca buku tentang Soekarno, rasa lelah dan jenuh tentang pelajaran sekolah sirna. Aku seolah-olah masuk dalam buku itu dan ikut berdiri di samping Bapak, seperti di film "Alice in Wonderland" hahahaa...tapi buatku inilah hiburan yang sangat menyenangkan dan sederhana. 

Buku-buku Soekarno itu masih tersimpan baik di perpustakaan kecilku, meskipun sekarang hanya ada di Perpustakaan kecilku, aku masih ingat betul bagaimana cerita-cerita Bapak yang seruuu...salah satunya ini :

Dari foto di atas, Bapak sedang menangis itu menandakan beliau masih manusia biasa,yang punya perasaan , bahkan memangis..meskipun Bapak tidak pernah mau diambil fotonya saat sedang makan, sembayang, ataupun bersedih. Ada 2 peristiwa besar yang membuat Bapak menangis, yang pertama : saat Jenderal A.Yani meninggal dan yang kedua saat Kartosoewiryo dihukum mati di Pulau Ubi.

Kartosoewiryo adalah teman mengaji di tempat HOS Tjokoroaminoto, bahkan sudah dianggap seperti kakak sendiri oleh Bapak, Tapi sebagai presiden Bapak harus konsisten dan mengambil keputusan yang sangat berat untuk menandatangani surat keputusan hukuman mati bagi Kartosoewiryo. Tentu saja adalah perjuangan , hal yang sangat sulit untuk Bapak mengambil keputusan itu.

Seperti kita tau Kartosoewiryo, menjadi pimpinan DI/TII yang istilahnya bergolak melawan pemerintah saat itu. Selama3 bulan, hukuman mati itu ditunda, setiap surat esekusi itu ada di meja Bapak,maka Bapak akan memindahkannya bahkan sering mengacuhkannya...sampai Megawati yang melihat itu, mengambil kertasnya dan meengigatkan Bapak untuk bersikap tegas demi NKRI. Setelah itu , sepanjang hari Bapak mnelakukan shalat dan akhirnya setelah shalat Mahgrib , Bapak menandatangani surat hukuman mati bagi Kartosoewiryo. 

Bapak sungguh merasa sangat sulit, tapi tetap harus menjalani itu demi keutuhan NKRI, maka 5 September 1962 di Pulau Ubi, Katosuwiryo dihukum mati (cerita lengkapnnya ,menyusul yaaa...)

Bapak sekarang memangis lagi di pusaran Ibu Pertiwi, karena melihat tingkah laku orang-orang yang mengtasnamakan SARA untuk menjadikan dirinya adalah benar atau pilihannya adalah benar, sedangkan dulu saat Bapak dan semua orang berjuang mendirikan negara yang mandiri yaitu Indonesia, mereka bersatu tanpa melihat SARA.

Kebhinekaan Tunggal Ika dikencingi, Pancasila diludahi hanya untuk keinginan pribadi semata. Sedangkan kata yang tertulis dalam Bhinneka Tunggal Ika dan kata yang tertulis dalam Pancasila adalah pikiran-pikiran hebat dari banyak orang yang kritis dan sudah berpikir dari berbagai aspek manusia dengan beraneka ragam budaya, suku, dan agama. Lalu, mengapa kalian segelintir orang hanya mampu menghancurkan perjuangan darah demi darah hanya untuk kepentingan yang sangat tidak elegan.

Konflik boleh saja, bahkan menjadikan kita lebih dekat, lebih kritis, tapi jika sudah bawa SARA, rasa tercabik-cabik melihat lambang dan ideologi negara kita....

Bahkan saya yakin, pasti ada banyak darah keturunan aku yang ikut berjuang untuk kemerdekaan Indonesia, termasuk masa ini...aku dan generasi muda, khususnya aku harus berjuang bahkan sangaaattt lebih harus kreatif untuk bisa bertahan, karena pastinya aku harus mandiri, tanpa harus menunggu bantuan pemerintah atau orang lain. Lalu, kenapa ada begitu banyak orang yang egois menghancurkan generasi muda??? Padahal hidup setelah ini harus ada pertanggungjawaban.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun