Bulan Ramadan adalah momen penuh berkah, tetapi juga menjadi waktu di mana penipuan keuangan meningkat drastis. Menjelang Idul Fitri 1446 H, banyak masyarakat mencari tambahan dana untuk memenuhi kebutuhan hari raya, sehingga rentan menjadi korban pinjaman online ilegal, investasi bodong, phishing, dan impersonation.
Data dari Satgas PASTI menunjukkan bahwa pada Januari - Februari 2025 saja, terdapat 508 entitas pinjaman ilegal dan 28 konten pinjaman pribadi [pinpri] berbahaya. Kasus-kasus ini menyebabkan banyak orang mengalami kerugian finansial besar.
Untuk mengatasi masalah ini secara efektif, solusi terbaik adalah menerapkan Pendekatan Hybri - kombinasi dari AI, Big Data, Blockchain Analysis, Digital Forensics, dan Regulatory Compliance. Dengan metode ini, penipuan dapat dicegah, diidentifikasi, dan diberantas secara sistematis, sehingga masyarakat bisa menjalani Ramadan Hemat, Finansial Sehat tanpa risiko finansial.
AI & Big Data: Deteksi Dini Penipuan Keuangan
Artificial Intelligence [AI] dan Big Data dapat membantu mendeteksi transaksi mencurigakan secara real-time dengan cara:
Anomaly Detection -> Mengidentifikasi pola transaksi tidak wajar di sistem perbankan dan fintech.
Natural Language Processing [NLP] -> Menyaring SMS, email, atau pesan media sosial yang mengandung indikasi penipuan.
Behavioral Analysis -> Menganalisis perilaku pengguna untuk mendeteksi akun palsu atau modus penipuan berkedok customer service.
> Contoh Implementasi: AI dapat secara otomatis memblokir pesan yang mengandung "pinjaman cepat cair tanpa BI Checking", sehingga masyarakat terhindar dari tautan berbahaya.
Blockchain Analysis: Melacak Dana Penipuan
Penipu kini menggunakan aset kripto untuk mencuci uang hasil kejahatan. Blockchain Analysis dapat membantu melacak aliran dana mencurigakan dengan: