Mohon tunggu...
Feby Indirani
Feby Indirani Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Jurnalis, Pencinta Kehidupan

Ruang berbagi pemikiran, pengalaman, bacaan, tontonan, apresiasi saya kepada kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Kok Gramedia Mau sih Menerbitkan?

28 Maret 2015   17:45 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:52 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Gue masih nggak ngerti,” ujar seorang teman. Kami mengobrol sambil asyik mengudap camilan di sela suatu acara. “Kok Gramedia mau sih menerbitkan naskah itu?”

Cerita yang dimaksudkannya mengacu pada buku Alien Itu Memilihku yang saya tulis, terbit dan diluncurkan awal Juni 2014. AIM adalah kisah seorang penyintas kanker tulang bernama Indah Melati Setiawan. Jenis kanker yang diidapnya Ewing Sarcoma adalah kanker yang sangat langka terlebih dialami oleh perempuan di atas 30 tahun.

Lalu pertanyaan yang muncul berikutnya, siapakah Indah Melati Setiawan?

Saya menjawab : Dia adalah penyintas kanker. Dia sebelumnya seorang profesional yang bekerja di salah satu konsultan pajak di Jakarta. Dia hampir kehilangan kaki kirinya dan terancam nyawanya karena Ewing Sarcoma. Dia ingin berbagi kisah perjuangannya melawan kanker. Dia..

Jawaban-jawaban itu tetap saja tidak membuat teman saya puas. Kue-kue kecil di piring kami sudah habis. Tapi teman saya ini masih gagal paham,apa menariknya cerita itu bagi penerbit seperti Gramedia Pustaka Utama (GPU )?Bukankah,menurut pengamatannya, biasanya GPU lebih banyak menerbitkan kisah hidup para tokoh, artis, atau orang-orang ternama? Kenapa mau menerbitkan kisah orang biasa dan ‘bukan siapa-siapa’ seperti Indah?

Saya sejujurnya jadi bingung, meskipun enggan melakukan gerakan klise yang sering dideskripsikan di cerita-cerita jaman dulu yaitu garuk-garuk kepala.

Kenapa GPU mau menerbitkan naskah yang saya tulis itu? Pertanyaan ini sejatinya hanya bisa ditujukan kepada pihak GPU. Saya tidak berkompeten menjawab keheranan teman saya ini. Sebagai penulis, saya bangga salah satu penerbit terkemuka di Indonesia ini menganggap karya saya layak untuk diterbitkan. Saya juga tahu banyak penulis yang ingin bekerja sama dengan GPU dan belum beroleh kesempatan itu. Jadi alih-alih bertanya, saya memilih bersyukur. Sangat.

Sepanjang proses penulisan buku ini, banyak pertanyaan serupa mampir kepada saya. Setiap saya mengatakan sedang mengerjakan buku kisah seorang penyintas kanker, teman-teman saya selalu bertanya, siapa dia? Mengapa dia? Apa istimewanya dibandingkan penyintas kanker lainnya?

Pada akhirnya, saya hanya bisa menjawab. Dia Indah, bukan figur publik, bukan tokoh, bukan artis. Dia ‘hanya’ seorang penyintas kanker. Saya percaya setiap penyintas kanker telah melalui perjalanan berat. Kesakitan yang tidak pernah saya bayangkan. Pertempuran yang melelahkan fisik dan mental. Menjadi seorang penyintas kanker saja sudah sesuatu yang menurut saya istimewa. Dan saya sebetulnya enggan membanding-bandingkan pengalaman penyintas yang satu dengan lainnya. Setiap kisah pasti unik. Pasti memiliki kekhususan. Pasti punya makna.

Lalu kenapabisa menulis kisah penyintas yang satu ini? Kenapa Indah yang ditulis? Kenapa sayayang menulis?

Setelah saya pikirkan, semua itu sebetulnya adalah serangkaian ‘kebetulan’ yang mungkin bukan kebetulan. Memang ada urutan peristiwanya.Indah menghubungi saya karena pernah membaca buku saya I can (not) Hear yang berkisah tentang perjalanan anak tuna rungu menuju dunia mendengar. Ia meminta saya untuk menulis cerita hidupnya.

Tetap saja penjelasan di atas tidak bisa benar-benar menjawab kenapa kerjasama Indah dan saya akhirnya terjadi. Pertemuan dua orang yang sama,tapi berlangsung di momen yang berbeda, bisa saja menghasilkan sesuatu yang lain sama sekali. Bukankah begitu?

Mungkin memang ada ‘tangan-tangan tersembunyi’ yang mengatur peristiwa-peristiwa. Entahlah. Tapi saya percaya ada hal-hal yang mesti saya pelajari dalam proses menuliskan kisah Indah ini.

Dan sejujurnya perjalanan menulis kisah hidupnya, tidaklah selalu mudah.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun