PEMBAHASAN
Istilah agresif digunakan untuk menggambarkan perilaku siswa yang cenderung menimbulkan luka atau kerugian, khususnya dalam bentuk disik (Ziproli, 2008). Perilaku agresif dipandang sebagai perilaku yang tidak pantas karena dapat berdampak serius bagi pelaku maupun orang lain di sekitarnya. Jika tidak segera dikendalikan, perilaku ini berpontensi membahayakan kedua belah pihak.
Perilaku agresif merupakan Tindakan yang dilakukan dengan sengaja untuk menyakiti orang lain, baik secara fisik maupun verbal dan sering kali dipicu oleh emosi seperti kemarahan atau frustasi (Khaira, 2023). Pada anak usia sekolah, agresi biasanya ditunjukkan melalui perilaku fisik seperti memukul, menendang, mencubit, mendorong, atau menjambak, seperti perilaku verbal berupa teiakan, kata-kata kasar , atau ejekan (Alhadi dkk., 2017). Sundari (2023) menegskan bahwa factor yang memengaruhi agresivitas jauh lebih kompleks dari yang diperkirakan. Buss dan Perry bahkan mengelompokkan agresi ke dalam empat bentuk, yaitu agresi fisik, agresi verbal, kemarahan, dan permusuhan. Factor pemicu tersebut dapat bersumber dari keluarga,teman sebaya, frustasi, imiasi, situasi tertentu, sifat kepribadian, hingga aspek biologis dan ekonomi (Fitria Febrianti dkk., 2023).
Modifikasi perilaku dipahami sebagai usaha mengubah perilaku melalui penerapan prinsip-prinsip belajar. Perilaku itu sendiri dapat dimaknai sebagai aktivitas, respon, atau Tindakan manusia yang dapat diamati dan diukur. Menurut pandangan behavioral, perilaku positif maupun negative merupakan hasil dari proses belajar. Secara emosional, modifikasi perilaku merupakan penerapan prinsip belajar ntuk mengarahkan individu ke perilaku yang lebih adaptif. Dalam praktik Pendidikan, pendekatan ini menekankan pada pemberian konsekuensi terhadap perilaku tententu agar anak mampu memahami perbedaan perilaku yang diterima dan yang tidak diterima. Konsistensi dalam memberikan penguatan positif serta konsekuensi bagi perilaku negatif menjadi kunci keberhasilan. Guru berpera penting dalam proses ini, tidak hanya untuk mengurangi perilaku agresif, teapi juga dalam menanamkan keniasaan positif. Penelitian Satriyawan dan Ichsan (2023) menunjukkan bahwa strategi pengelolaan diri dan pelatihan keterampilan sosial berbasis modifikasi perilaku membantu anak lebih konsisten membangun perilaku adaptif.
Upaya menekan perilaku agresif siswa sekolah dasar dapat ditempuh dengan menerapkan teknik modifikasi perilaku yang terstruktur, seperti penguatan positif, time out, dan pemodelan perilaku adaptif. Upaya penguatan positif, misalnya pujian atau penghargaan sederhana, terbukti mampu mendorong anak mengulangi perilaku baik serta mengurangi kecenderungan berperiaku agresif. Zulianty dkk,. (2025) membuktikan bahwa kombinasi penguatan positif dengan teknik fading secara signifikan menekan agresivitas seklaigus meningkatkan perilaku proposional anak.teknik fading yaitu pengurangan bertahap intensitas atau frekuensi penguatan setelah perilaku yang diharapkan mulai konsisten ditunjukkan oleh siswa. Misalnya, pada awalnya setiap kali anak bersikap kooperatif guru memberikan stiker, namun setelah perilaku tersebut menjadi kebiasaan , penghargaan diberikan lebih jarang atau diganti dengan pujian verbal.
Upaya melalui teknik time out juga menjadi salah satu strategi efektif dalam mengendalikan perilaku agresif. Dengan memisahkan anak dari situasi pemicu, anak diberikan kesempatan untuk menenangkan diri serta memahami konsekuensi dari perilakunya. Misalnya, ketika seorang siswa memukul temannya karena berebut mainan, guru dapat meminta siswa tersebut duduk dikursi kelas selama 3-5 menit tanpa interaksi dengan teman lain. Setelah waktu berakhir, guru kemusian mengajak siswa berdialog singkat mengenai perilakunya dan memberikan arahan untuk memilih cara yang lebih baik etika mengahdapi masalah. Falaah dan Nurfadilah (2024) menemukan bahwa penerapan time out secara konsisten, jika dipadukan dengan pemodelan perilaku, membantu anak lebih terkendali dalam mengekspresikan emosi serta menurunkan intensitas tantrum.
Upaya pemodelan perilaku adaptif merupakan bentuk upaya lain yang terbukti efektif. Dalam hal ini, guru maupun orang dewasa berperan sebagai teladan dengan menunjukkan perilaku positif dalam situasi tertentu. Melalui proses meniru, siswa dapat belajar mengekspresikan diri dengan lebih konstruktif. Satriyawan dan Ichsan (2023) menegaskan bahwa pemodelan perilaku yang dipadukan dengan pelatihan keterampilan sosial dapat meningkatkan kualitas interaksi siswa dengan teman sebyaya sertamenurunakna frekuensi perilaku agresif.
Selain teknik utama, terdapat pula strategi pendukung seperti token economy dan kontrak perilaku. Sistem token economy memberikan poin atau Bintang yang bisa ditukar dengan hadiah, sedangkan kontrak perilaku berupa kesepakatan antara guru dan siswa mengenai atura yang harus ditaati. Kedua strategi ini membantu siswa membangun tanggung jawab serta keteraturan perilaku. Penerapan yang konsisten membuat upaya modifikasi perilaku berfungsi ganda yaitu mengurangi agresivitas sekaligus mencegah munculnya kembali perilaku negatif. Penelitian Sari dan Wibowo (2021) menunjukkan bahwa penerapan token economy di sekolah dasar mampu meningkatkan kepatuhan siswa tergadap aturan kelas dan mengurangi perilaku mengganggu secara signifikan.
Efektivitas Upaya modifikasi perilaku telah terbukti dalam berbagai penelitian di Indonesia. Satriyawan dan Ichsan (2023) menemukan bahwa pelatihan keterampilan sosial berbasis modifikasi perilaku mampu memperkuat control diri anak serta membangun interaksi positif. Lestari dan Wulandari (2022) menambahkan bahwa siswa yang mengikuti intervensi berbasis modifikasi perilaku lebih  aktif terlibat dalam pemeblajaran, memiliki pengendalian diri lebih baik, serta menunjukkan penurunan perilaku menggangu.
Keberhasilan upaya modifikasi perilaku sangat dipengaruhi oelh peran guru dan lingkunga sekolah. Guru berfungsi sebagai teladan, fasilitator, sekalgus pengelola kelas yang konsisten dalam membri penguatan dan konsekuensi. Dukungan sekolah, keterlibatan teman sebaya, serta kerja sama dengan orang tua memperkuat hasil modifikasi perilaku. Rahmawati dan Yuliani (2021) menegaskan bahwa efektivitas modifikasi perilaku tidak hanya ditentukan oelh teknik yang digunakan, tetapi juga oleh sinergi antara sekolah, guru, dan keluarga dalam menciptakan pola pembiasaan yang berkesimbangungan.
KESIMPULAN