Mohon tunggu...
febriadi pratama
febriadi pratama Mohon Tunggu... -

a simple guy, with a simple world living a simple life.... :)

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Antara Kecaman dan Kutukan

2 Juni 2010   04:33 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:48 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Belakangan ini sedang amat ramai dibicarakan mengenai kejadian yang menimpa sejumlah anggota relawan yang hendak berangkat ke Palestina namun mendapat serangan dari tentara Israel, berkali-kali di layar televisi ditayangkan mengenai berita tersebut dan update nya. Terjadi demo disana sini yang mengecam tindakan tersebut, bahkan ada anggota-anggota masyarakat yang menyatakan mengutuk perbuatan tersebut... well, what's the big deal?!

Maaf, bukan saya berpihak pada Israel, namun bukan berarti saya juga ikut mengecam dan mengutuk perbuatan tersebut, saya hanya bisa bilang saya tidak setuju dan tidak suka dengan perbuatan tersebut titik.

Kembali ke permasalahan kecaman dan kutukan.... seringkali pada saat sesuatu yang tidak menyenangkan terjadi banyak orang bilang "saya/kami mengecam!!" namun mana perwujudan dari pernyataan tersebut?! banyak pihak hanya bisa bisa mengecam dan mengecam.... namun tidak ada perwujudan nyatanya..... yah, memang ada juga yang bilang "yah,kalo saya bisa sih.... mungkin".... adalah alasan yang banyak dilontarkan oleh banyak pihak, ketidakmampuan akan berbuat sesuatu memberikan mereka alasan untuk tidak berbuat apa-apa selain mengecam.

Beralih ke kutukan, ada juga beberapa kelompok tertentu yang bisa dengan mudahnya bilang, "kami mengutuk perbuatan tersebut!".... pertanyaan saya, lalu?! setelah mengutuk apa yang akan terjadi?! tidak menyelesaikan masalah juga kan?! saya orang beragama, dan saya cukup mengetahui bahwa manusia tidak memiliki kuasa apa-apa atas manusia lain, jika suatu hari saya bilang, "saya mengutuk si A!" lalu?! apa yang akan terjadi pada si A?! apakah dia tiba-tiba akan sengsara hidupnya?! bagi saya yang memutuskan apa yang terjadi dengan kehidupan si A bukanlah kuasa saya.

Dapat gambarannya?! saya mencoba untuk menjabarkan betapa sebuah atau pernyataan tanpa sebuah realisasi adalah percuma.... ok, memang untuk membantu pun tampaknya akan cukup sulit dilakukan... mengingat jarak dan juga biaya yang tidak kecil sebagai perhitungan, namun bukankah terlalu berlebihan untuk menyatakan sesuatu secara besar-besaran pada saat kita mengetahui bahwa tidak ada yang bisa kita lakukan?! bukankah lebih realistis untuk memberikan bantuan kepada orang-orang yang memang lebih visible untuk kita bantu?! sebagai contoh, tadi malam saya melihat sebuat liputan berita disalahsatu stasiun TV swasta. Disitu dibahas mengenai berbagai kasus-kasus kemanusiaan yang terjadi di negara ini, bagaimana hukum seolah berpihak dan tidak adil. Bagaimana masyarakat menengah kebawah diberikan tindakan hukum yang tajam sedangkan masyarakat menengah keatas seolah "kebal hukum". Bagaimana seorang nenek-nenek yang mengambil 3 buah cocoa tanpa ada niatan mencuri harus mendekam dipenjara, sedangkan pejabat yang dengan sadar "mencuri" dari rakyat tetap bisa menikmati hidupnya dengan bebas....

Bukankah seharusnya hal-hal seperti itu lebih pantas untuk diberikan kecaman?! dan "kutukan"?!, bukankah lebih mudah bagi kita untuk menjangkau mereka daripada yang jauh disana?! terkadang mata kita hanya tertuju pada hal-hal besar yang belum tentu kita sanggup untuk jangkau, sedangkan kita lebih sering luput dari hal-hal yang kecil yang terjadi di"halaman" kita sendiri.... Saya rasa sudah bukan masanya lagi kita hanya berbicara dan memberikan pernyataan mengenai sesuatu... sudah saatnya kita memberikan sesuatu yang lebih nyata, dan biasanya mulai dari hal yang terkecil yang terjadi di"halaman" kita sendiri.

bukankah begitu?? :)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun