Saya bukan tipe orang yang suka belanja barang bekas. Awalnya, saya skeptis: takut barangnya rusak, palsu, atau tidak layak pakai. Pikiran saya dipenuhi stigma bahwa barang bekas identik dengan kualitas rendah dan aroma apek. Tapi semua berubah saat seorang teman mengajak saya ke Pasar Beringharjo, Yogyakarta---tepatnya di lorong bagian belakang yang dikenal sebagai "zona thrifting."
Di sana, saya menemukan jaket denim Levi's yang masih mulus, dengan harga hanya Rp75.000. Labelnya masih utuh, jahitannya rapi, dan aromanya bersih. Rasanya seperti menemukan harta karun di antara tumpukan kain. Sejak saat itu, saya rutin datang ke pasar ini setiap dua minggu sekali. Bukan hanya karena harganya murah, tapi karena sensasi menemukan barang berkualitas dengan harga miring adalah kepuasan tersendiri.
Tips Memilih Barang Branded Bekas: Teliti Sebelum Membeli
Thrifting bukan sekadar belanja, tapi juga soal ketelitian dan intuisi. Di tengah tumpukan pakaian, ada barang branded asli yang bisa jadi investasi gaya. Berikut beberapa tips yang saya pelajari dari pengalaman:
- Datang pagi. Barang bagus biasanya cepat diambil. Saya biasa datang pukul 07.00 saat pedagang baru buka lapak.
- Cek label dan jahitan. Barang branded asli punya label yang rapi dan jahitan yang kuat. Jangan tergoda hanya karena logo.
- Periksa kondisi barang. Pastikan tidak ada noda, sobekan, atau resleting rusak. Bawa senter kecil kalau perlu.
- Bandingkan harga. Jika ragu, cek harga barang baru di situs resmi atau marketplace.
- Tanya ke penjual. Banyak penjual tahu asal barangnya dan bisa memberi info soal kualitas.
Saya pernah hampir membeli tas branded yang ternyata palsu. Untung saya cek nomor seri dan membandingkan dengan katalog online. Sejak itu, saya selalu bawa ponsel untuk verifikasi cepat. Thrifting mengajarkan saya untuk jadi pembeli yang cerdas, bukan impulsif.
Seni Menawar: Ramah Tapi Tegas
Menawar di pasar thrifting adalah seni tersendiri. Saya belajar bahwa sopan santun adalah kunci. Berikut strategi yang saya gunakan:
- Mulai dengan tawaran 25--30% di bawah harga awal. Misalnya, jika harga Rp100.000, saya mulai dari Rp70.000.
- Jangan tunjukkan terlalu antusias. Jika penjual tahu kita sangat suka, harga bisa sulit turun.
- Gunakan uang tunai. Menunjukkan uang fisik sering membuat penjual lebih cepat setuju.
- Siap untuk pergi. Jika harga tidak cocok, saya pura-pura meninggalkan lapak. Sering kali penjual memanggil kembali dengan harga lebih rendah.
- Ajak teman. Teman bisa membantu memberi kesan bahwa kita punya pilihan lain.
Menawar bukan soal menang, tapi soal menemukan harga yang adil untuk kedua pihak. Saya selalu berusaha tetap ramah dan menghargai kerja keras penjual. Di pasar, etika adalah investasi jangka panjang.
Fashion Murah, Gaya Tetap Mewah
Thrifting di Pasar Beringharjo mengubah cara saya melihat fashion. Saya tidak lagi terpaku pada barang baru atau tren mahal. Saya belajar bahwa gaya bisa dibangun dari barang bekas, asal tahu cara memilih dan memadukan.
Saya pernah tampil di acara kantor dengan blazer branded hasil thrifting seharga Rp90.000. Banyak yang memuji penampilan saya, dan saya hanya tersenyum. Fashion bukan soal harga, tapi soal rasa percaya diri dan kreativitas.
Lebih dari itu, saya merasa thrifting adalah bentuk konsumsi yang lebih bijak. Saya membantu mengurangi limbah tekstil, mendukung ekonomi lokal, dan tetap tampil stylish. Thrifting bukan hanya tren, tapi gerakan sadar gaya dan sadar lingkungan.
Tips Praktis Thrifting di Pasar Lokal
Bagi kamu yang ingin mencoba thrifting di pasar tradisional seperti Beringharjo, berikut beberapa tips praktis:
- Datang pagi untuk pilihan terbaik. Pedagang baru buka dan barang belum banyak dipilih orang.
- Bawa uang tunai dalam pecahan kecil. Memudahkan transaksi dan menawar.
- Gunakan pakaian nyaman dan mudah dilepas. Beberapa lapak menyediakan ruang coba sederhana.
- Bawa tas belanja sendiri. Ramah lingkungan dan praktis.
- Cuci barang sebelum dipakai. Rendam dengan air hangat dan antiseptik untuk memastikan kebersihan.
Thrifting Sebagai Gaya Hidup: Murah, Cerdas, dan Berkelanjutan
Pasar Beringharjo bukan hanya tempat belanja, tapi ruang eksplorasi gaya dan identitas. Di sana, saya belajar bahwa barang bekas bukan berarti murahan. Justru, ia menyimpan cerita, karakter, dan peluang untuk tampil beda.
Thrifting mengajarkan saya untuk lebih menghargai proses, lebih bijak dalam konsumsi, dan lebih kreatif dalam berpenampilan. Di tengah dunia yang serba instan dan serba baru, thrifting menawarkan alternatif: gaya yang tumbuh dari ketelitian, keberanian, dan rasa ingin tahu.
Jika kamu belum pernah mencoba, mungkin sekarang saatnya. Karena di balik tumpukan pakaian bekas, bisa jadi ada jaket impianmu---menunggu untuk ditemukan dan dikenakan dengan bangga.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI