Mohon tunggu...
Febiyana Agustin
Febiyana Agustin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hai aku Febi, aku kurang suka membaca terlebih lagi menulis. but here i'm! let's go~

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Quarter Life Crisis bukan Hanya Istilah Kekinian Saja, Ini Penyebabnya!

8 Juni 2022   00:15 Diperbarui: 8 Juni 2022   00:31 594
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Hari ini untuk dijalani, hari esok untuk dinanti, dan masa depan untuk dinikmati". Mungkin kalimat itu nampak receh dan basi untuk kalian yang capek memasuki atau merasakan kesulitan akan semua hal sudah ditakutkan.

Mungkin juga kalian pernah bertanya-tanya kepada diri sendiri "kenapa dulu waktu kecil pengen cepet gede ya?", nyatanya menjadi dewasa memang merepotkan dan menyedihkan bagi beberapa orang. But this is life! mari kita coba menerima dengan positif semua yang sedang terjadi dan yang telah terjadi. 

Tidak apa-apa untuk mengurangi standar pencapaian kalian, menjadi tukang kebun mungkin lebih mengesankan ketimbang menjadi pejabat/pengusaha, tinggal di desa yang sejuk mungkin lebih mengesankan ketimbang tinggal di kota yang serba lengkap. Tidak apa-apa juga jika kalian tetap mengejar target pencapaian kalian selagi belum merasa cukup, karena diri kita sendiri yang dapat mengukur sampai kapan kita merasa cukup.

Pada Disruption Era ini standar pencapaian seseorang sangat tinggi, Quarter life crisis seringkali dialami seseorang yang memasuki usia dewasa dimana ia merasa cemas, emosi yang kurang dapat dikondisikan dari dalam dan luar diri sendiri, merasa salah mengambil keputusan dan kebingungan dengan apa yang akan dikerjakan di masa mendatang. 

Penyebab Quarter Life Crisis

Ada beberapa faktor utama yang memicu terjadinya Quarter Life Crisis, diantaranya:

1. Sosial Media

Melihat kehidupan orang lain seringkali membuat kita berandai di posisi tersebut, tanpa disadari kita akan membandingkan kehidupan kita dengan orang lain dan menargetkan standar pencapaian yang sama seperti mereka.

2. Tuntutan sosial

Lingkungan sosial yang memang sudah menjadi tradisi untuk "harus punya mobil mewah" "harus kerja menjadi PNS" "harus pintar" dan masih banyak lagi pressure dari lingkungan internal maupun eksternal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun