Jadi, Suradi Yasil menggunakan informasi itu sebagai bahan perenungan menuliskan diksi protesnya. Tiap nomor larik merekam informasi media yang temporal. Hal ini sedikit mengingatkan pada bentuk pusi esai Deni JA yang banyak diprotes itu. Tetapi, tak bisa juga disamakan soal politik yang sedang dibangun. Buku puisi ini peredarannya terbatas dan saya tidak begitu yakin beredar luas di luar Sulawesi Selatan.
LAPAR menjadikan buku terbitannya sebagai media advokasi di setiap program yang dijalankan. Termasuk buku ini ketika LAPAR melaksanakan program Sekolah Demokrasi di Pangkep, Sulawesi Selatan. Kedudukan buku puisi ini penting menjadi referensi alternatif melihat bagaimana evolusi korupsi di tapak waktu yang telah lalu.
_