Mohon tunggu...
Fay Shalamar
Fay Shalamar Mohon Tunggu... Freelancer - Fay Shalamar adalah guru, trainer dan penulis yang memiliki berbagai macam hobi

Fay Shalamar was an new writer that's loves many literature.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Saung Ranggon, Situs Bersejarah di Pelosok Cikarang

4 Maret 2023   23:20 Diperbarui: 19 Maret 2023   17:18 659
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika mendengar kata "Cikarang", pasti yang terbayang adalah deretan pabrik-pabrik dari brand-brand besar di Indonesia. Padahal Cikarang juga menjadi bagian dalam sejarah Kerajaan Siliwangi. 

Berjarak 45 menit perjalanan dari Pusat Kota Cikarang, ada sebuah daerah bernama Cikedokan, kami pun menempuhnya dengan angkot sewaan dari Stasiun Cikarang. Ternyata daerah yang kami tuju tersebut masuk ke pelosok Kota Cikarang.

Nama Cikedokan terdengar unik. Namun memang ada cerita di balik nama wilayah tersebut. Konon katanya saat zaman Belanda banyak karuhun-karuhun yang lari ke daerah ini untuk menghindari pengejaran Belanda. 

Para Karuhun pun kemudian melakukan penyamaran dengan kata lain bersembunyi di balik kedok. Karena banyaknya orang yang menyamar dan mengenakan kedok di wilayah tersebut, akhirnya daerah tersebut diberi nama Cikedokan.

Di daerah Cikedokan ini lah terdapat Situs Cagar Budaya yang harus terus dijaga dan dilestarikan, bernama Saung Ranggon. Saung Ranggon dijaga turun temurun oleh 1 keluarga besar yang sampai saat ini masih memegang kuncinya. 

Saat mengunjunginya bersama CLICK, seorang Juru Kunci bernama Bu Sri Mulyati mengantarkan kami untuk melihat ke dalamnya. Sebuah bangunan terbuat dari kayu berdiri kokoh. Tidak besar. Berbentuk rumah panggung dengan tangga tanpa pegangan mengingatkanku pada rumah-rumah Melayu yang dulu aku lihat di kampung halaman ayahku di Pelosok Aceh. 

Rumah tersebut dikelilingi pagar besi yang mengelilinginya dua lapis. Bangunan Cagar Budaya tersebut masih berdiri sesuai aslinya. Seperti umumnya Rumah Panggung, bangunan tersebut dibangun lebih tinggi dari tanah, dibangun sedemikian untuk menghindari hewan buas yang dulu sering mengintai rumah warga. 

Menaiki tangga kayunya memberikan sensasi cukup menegangkan. Begitu sampai di ujung anak tangga yang hanya sedikit, kita langsung disambut ruangan kecil dengan banyak kain di dalamnya, ruangan tersebut di kelilingi gorden di setiap sudutnya. Karpet Shalat juga tergelar di lantainya. Tidak ada apa pun di ruangan tersebut, namun bu Mulyati memulai ceritanya dengan sejarah Saung Ranggon.

Sejarah dimulai beberapa abad silam. Ketika Pengeran Jayakarta memerangi Belanda yang mencoba menaklukan Batavia (saat ini Jakarta) dan juga Bekasi, beliau membangun basis perlawanannya di daerah tersebut. 

Maka Pengeran Rangga, Putera dari Pangeran Jayakarta pun membangun Saung Ranggon yang di dalamnya digunakan untuk membuat strategi perlawanan serta menyimpan rempah juga senjata. Namun ketika perlawan tak berhasil bangunan ini ditinggalkan begitu saja. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun