Otak manusia terdiri dari 3 bagian utama yakni: otak atas (cerebrum), otak bawah (cerebellum), dan batang otak (brainstem). Masing-masing dari mereka terbagi dalam dua sisi otak, yaitu otak kanan dan kiri. Otak kanan berfungsi untuk mengatur gerakan tubuh bagian kiri, sedangkan otak kiri berfungsi mengatur gerakan tubuh bagian kanan
Diantara ketiga bagian otak ini, otak atas (cerebrum) memegang peran yang sangat penting bagi manusia, karena funsginya yang sangat signifikan seperti mengatur proses berpikir, mengendalikan emosi, mengatur indra pendengaran dan penglihatan. Semua fungsi itu dikerjakan oleh bagian-bagian dalam otak atas yang terdiri dari: lobus frontal (depan), lobus parietal (atas), lobus temporal (samping), dan lobus oksipital (belakang).
Semua bagian otak atas memanglah penting, tetapi satu-satunya bagian yang jauh lebih penting adalah lobus frontal, yakni bagian depan otak, tepatnya dibelakang dahi, karena bagian inilah yang mengendalikan proses berpikir, memecahkan masalah, merencanakan sesuatu, dan beberapa fungsi kognitif lainnya.
Apabila bagian lobus frontal ini mengalami kerusakan, maka akan sangat berbahaya dampaknya pada perkembangan kognitif manusia. Selain itu perusakan pada lobus frontal bisa berdampak lebih buruk pada seorang remaja berumur 12 hingga 24 tahun yang dimana di masa itu mereka membentuk pola pikir, menemukan jati diri, dan mempelajari lingkungan sekitarnya.
Perusakan PFC (pre-frontal cortex) dapat disebabkan oleh penggunaan obat-obatan terlarang dan kecanduan dalam mengakses pornografi, maka tidak heran, otak pencandu narkoba dan pornografi memiliki kesamaan dalam hal adiksi.
Dampak dari kerusakan PFC ini berakibat pada gangguan fungsi kognitif, emosi, dan psikologis, seperti kesulitan dalam mengambil dan menentukan keputusan, kesulitan untuk menyelesaikan permasalahan yang membutuhkan penyelesaian dengan berpikir kritis, perubahan emosi yang impulsif (mood swings), dan menurunnya kepercayaan diri bahkan acapkali merendahkan diri sendiri.
Poronografi menjadi salah satu hal yang bertanggung jawab terhadap kerusakan PFC ini. Dampak dari penggunaanya dapat menghasilkan efek jangka pendek dan panjang. Efek jangka pendek dari pornografi ialah kecanduan, perilaku yang kompulsif, rasa bersalah, dan turunnya motivasi. Sedangkan efek jangka panjang nya ialah kelemahan daya ingat dan fungsi kognitif, kesulitan fokus, bahkan parahnya lagi memandang lawan jenis hanya sebagai objek seksual.
Gejala-gejala penurunan fungsi otak akibat pornografi dapat kita lihat seperti penurunan memori, mudah melupakan hal-hal kecil, sulit fokus untuk membaca, bekerja dan belajar, sulit dalam mengelola dan menyelesaikan hal yang sebenarnya sederhana, perubahan emosi yang impulsif seperti sering mudah cemas dan depresi.
Kabar baiknya, kerusakan PFC akibat pornografi dapat diperbaiki dan dipulihkan, mengingat otak memiliki kemampuan neuroplastisitas, yakni kemampuan otak untuk reorganisasi secara dinamis dan membentuk sturktur saraf yang baru, memperkuat koneksi yang ada, dan mengubah cara kerja nya.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan antara lain: 1.) Mulailah untuk menghindari hal-hal yang dapat memicu untuk menonton pornografi seperti menjauhi situs-situs maupun itu dalam bentuk tulisan dan tayangan yang mangandung unsur pornografi, 2.) Batasi diri dari penggunaan gadget yang berlebihan tanpa alasan dan tujuan yang jelas, 3.) Bangun produktivitas dalam kegiatan sehari-hari dan tetapkan tujuan yang jelas, 4.) Hindari perilaku menyendiri terlalu sering tanpa alasan yang jelas, karena kesendirian terkadang meghasilkan pola pikir yang negative, 5.) Membiasakan melatih otak dengan membaca, menyelsaikan soal-soal kompleks, dan menonton video yang bersifat persuasif untuk berrpikir kritis.
Pornografi terbukti memiliki dampak serius terhadap kesehatan otak, khususnya pada remaja yang otaknya masih dalam tahap perkembangan. Konsumsi pornografi secara berulang dapat merusak fungsi prefrontal cortex---bagian otak yang bertanggung jawab atas pengendalian diri, pengambilan keputusan, serta kemampuan berpikir rasional. Akibatnya, remaja menjadi lebih impulsif, sulit fokus, menurun daya ingatnya, dan rentan terhadap gangguan mental. Jika tidak ditangani, kerusakan ini dapat memengaruhi prestasi akademik, relasi sosial, hingga masa depan remaja. Oleh karena itu, penting bagi orang tua, pendidik, dan masyarakat untuk memberikan edukasi, pengawasan, serta lingkungan yang sehat demi mencegah kerusakan fungsi otak akibat paparan pornografi pada usia muda.