Mohon tunggu...
FAUZUL IKFANINDIKA
FAUZUL IKFANINDIKA Mohon Tunggu... Redaktur

Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sedikit Bicara Untuk Mempengaruhi Orang Lain - Fauzul Ikfanindika

18 Agustus 2025   07:59 Diperbarui: 18 Agustus 2025   07:59 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Cara Membuat Argumen yang Kuat untuk Meyakinkan Orang Lain

Kali ini, saya akan membahas tentang bagaimana cara membuat argumen yang kuat untuk meyakinkan orang lain. Apakah kita bisa meyakinkan seseorang dengan segudang alasan atau hanya memberikan argumen singkat tapi padat?

Mengapa Argumen Singkat tapi Padat Lebih Efektif?

Kebanyakan orang suka salah kaprah menganggap bahwa semakin banyak argumen yang kita sampaikan, maka artinya semakin baik. Padahal, untuk meyakinkan seseorang, kamu tidak butuh segudang alasan. Kamu hanya butuh alasan singkat yang kuat dan padat.

Ilusi Efek: Bagaimana Barang yang Rusak Mempengaruhi Persepsi

Coba bayangkan kamu sedang pergi belanja dining set. Toko favoritmu sedang menjual dining set yang berisi 24 piece dengan harga diskon. Rata-rata para responden bersedia membayar sekitar 7,4 juta rupiah. Namun, untuk dining set 40 piece dengan beberapa produk yang rusak, mereka hanya bersedia membayar 3,6 juta rupiah. Kenapa para responden membuat keputusan yang irasional? Kenapa mereka hanya bersedia membayar setengah dari harga dining set 24 piece padahal dalam dining set 40 piece mereka akan mendapat dining set 24 piece lengkap ditambah 16 piece lainnya? Ini yang disebut sebagai ilusi efek. Barang yang rusak membuat kamu jadi bias terhadap nilai sesungguhnya dari barang tersebut.

Dilution Efek: Bagaimana Informasi yang Tidak Relevan Mempengaruhi Persepsi

Pernah nggak kamu mengutarakan apa yang kamu rasakan tapi kamu tidak berhasil mempengaruhi orang lain? Hal ini disebabkan karena pesan yang ingin disampaikan mungkin sangat jelas, tapi pembawaan yang kurang baik. Ada eksperimen yang menarik. Peneliti memperkenalkan dua orang, Tim dan Tom. Tim belajar rata-rata 4-5 jam dalam sehari di luar dari waktu belajarnya di kelas. Sedangkan Tom juga belajar rata-rata 4-5 jam dalam sehari di luar dari waktu belajar di kelas, tapi dia punya seorang adik laki-laki dan dua adik perempuan, serta bermain biliar setiap dua bulan sekali. Siapa yang kira-kira memiliki nilai IPK yang lebih tinggi? Apakah Tim atau Tom? Secara rata-rata, responden memilih Tim. Padahal, dua-duanya sama-sama menghabiskan 4-5 jam sehari untuk belajar mandiri. Kali ini, ternyata disebabkan karena konteksnya berbeda.

Mengapa Kualitas Argumen Lebih Penting daripada Kuantitas

Ketika kamu diminta untuk berbicara, hanya sampaikan fakta dan argumen yang kuat. Jangan terlalu banyak berbicara hingga akhirnya kamu malah punya argumen yang lemah di antara semua argumen yang kuat. Jika ini terjadi, maka argumen kamu malah jadi lemah.

Pelajaran yang Berharga

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun