Mohon tunggu...
Fauzi Nurul Fadilah
Fauzi Nurul Fadilah Mohon Tunggu... Penulis lepas

development

Selanjutnya

Tutup

Home

Anak petani yang tidak boleh menjadi petani

24 September 2025   01:24 Diperbarui: 24 September 2025   01:31 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Home. Sumber ilustrasi: Unsplash

Selamat malam,

Isu krisis pangan sedang jadi perhatian dunia, termasuk di Indonesia. Tantangan besar kita adalah minimnya generasi penerus di sektor pertanian. Data BPS menunjukkan, 72,24% petani Indonesia berusia di atas 43 tahun, sedangkan generasi milenial hanya 25,61% dan Gen Z paling sedikit, hanya 2,14%.

Kenapa anak muda jarang mau terjun ke pertanian? Salah satunya karena image profesi petani masih dianggap “pekerjaan kotor”—berhadapan dengan panas, lumpur, dan dipandang berada di hierarki terendah dunia kerja.

Banyak petani bahkan tidak ingin anaknya jadi petani. Kenapa? Karena dari dulu bertani identik dengan:

  • Kerja fisik berat (masih serba manual, minim teknologi modern).

  • Harga panen tidak stabil (sering ditentukan pengepul/tengkulak).

  • Risiko gagal panen tinggi (modal bisa habis kalau gagal).

Akhirnya, banyak orang berpikir : “Lebih baik kerja di bidang lain daripada jadi petani.”

Tapi, kalau semua punya mindset seperti ini, siapa yang akan menjaga pangan Indonesia di masa depan?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Home Selengkapnya
Lihat Home Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun