Mohon tunggu...
fauzimumpuni
fauzimumpuni Mohon Tunggu... Kanwil Kementerian Agama DIY

Kementerian Agama DIY.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Trilogi Kerukunan Jilid Dua: Menag Usulkan Babak Baru Moderasi Lewat Cinta Kemanusiaan

9 Mei 2025   17:13 Diperbarui: 9 Mei 2025   17:13 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kulon Progo (Kemenag DIY, 9/5/2025) - Tak sekadar deteksi dini, Rakor EWS (Early Warning System) yang digelar Kanwil Kementerian Agama DIY di Gedung PLHUT Kankemenag Kulon Progo, Jumat 9 Mei 2025, juga menjadi momentum penting untuk mengenalkan arah baru penguatan kerukunan umat beragama. Dalam sesi materi yang disampaikan oleh Ahmad Fauzi, muncul satu narasi besar yang membuka wawasan: Trilogi Kerukunan Jilid Dua.

Mengutip pernyataan Menteri Agama KH. Nasaruddin Umar, Fauzi menyampaikan bahwa moderasi beragama kini diarahkan tidak hanya untuk membangun kerukunan internal umat, antarumat, dan antara umat dengan negara - yang disebut sebagai trilogi kerukunan jilid pertama - tetapi juga menuju relasi yang lebih luas: kerukunan antarsesama manusia, kerukunan manusia dengan alam semesta, dan kerukunan manusia dengan Tuhan.

Rakor EWS Kanwil Kementerian Agama DIY di Gedung PLHUT Kankemenag Kulon Progo (sumber: Humas Kemenag DIY)
Rakor EWS Kanwil Kementerian Agama DIY di Gedung PLHUT Kankemenag Kulon Progo (sumber: Humas Kemenag DIY)

Rakor EWS Kanwil Kementerian Agama DIY di Gedung PLHUT Kankemenag Kulon Progo (sumber: Humas Kemenag DIY)
Rakor EWS Kanwil Kementerian Agama DIY di Gedung PLHUT Kankemenag Kulon Progo (sumber: Humas Kemenag DIY)
"Kerukunan bukan lagi sekadar soal toleransi, tapi tentang keberpihakan kepada kemanusiaan. Kita akan insersi nilai-nilai cinta kemanusiaan dalam kurikulum keagamaan, menghidupkan rumah ibadah sebagai pusat pemeliharaan umat, dan memperkuat peran KUA sebagai radar dini konflik," ungkap Fauzi.

Ia juga menekankan bahwa penyebutan konflik harus tepat. "Kita hindari istilah konflik agama karena itu justru menaikkan eskalasi. Kita gunakan istilah konflik sosial berdimensi keagamaan - karena akar masalahnya seringkali lebih kompleks dari sekadar perbedaan keyakinan."

Materi ini tidak hanya menggugah, tapi menyegarkan perspektif. EWS bukan semata sistem pelaporan, tapi juga bagian dari strategi nasional yang bersandar pada payung hukum kuat seperti UU No. 7 Tahun 2012 dan KMA No. 332 Tahun 2023, dan dijalankan dengan semangat cinta, kemanusiaan, dan kebersamaan.

Ruang rakor yang dipenuhi para Kepala KUA, Penyuluh, dan tokoh agama dari Kulon Progo seolah menjadi saksi, bahwa kerukunan bisa tumbuh bukan karena kita sama, tapi karena kita saling menjaga, dan tahu bagaimana mencegah luka, bahkan sebelum muncul gejala.

Acara yg dihadiri oleh Kakanwil Kemenag DIY Ahmad Bahiej, Plt. Kabag TU Abd. Suud, Kakankemenag Kulon Progo Wahib Jamil, Kasi Bimas Islam Kankemenag Kulon Progo Qomaruzzaman, para Kepala KUA, Penyuluh Agama, serta Tim EWS dari seluruh Kapanewon di Kulon Progo diakhiri dengan diskusi santai dan rumusan RTL (Rencana Tindak Lanjut).

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun