Individu Unik: Kunci Kebangkitan Peradaban
Sejarah selalu bergerak bukan hanya oleh jumlah massa, melainkan oleh lahirnya individu-individu unik yang berani berbeda. Mereka adalah orang-orang yang menolak ikut arus ketika arus itu menuju jurang, dan memilih menjadi arus baru yang menyelamatkan. Mereka mungkin lahir dari keluarga sederhana, dari kampung kecil, bahkan dari keadaan terpinggirkan. Namun satu hal yang membedakan mereka dengan kebanyakan orang: mereka menjaga amanah.
Di negeri ini, kita sering mengeluh tentang penyakit bangsa: korupsi yang merajalela di kalangan pejabat, nepotisme yang mengikat sistem, kesewenang-wenangan kekuasaan yang menekan rakyat kecil. Namun kita jarang bercermin bahwa rakyat pun menyimpan penyakit yang sama. Kita lihat bagaimana ada orang berebut menjarah truk terguling, membeli gorengan lima tapi hanya membayar tiga, atau memalsukan data kecil-kecilan dengan alasan "tidak ada yang tahu." Dari sinilah kita belajar bahwa pejabat adalah cerminan rakyatnya. Dan rakyat pun, pada akhirnya, hanyalah cerminan pemimpinnya. Inilah lingkaran setan yang sulit diputus.
Namun sejarah juga mencatat: lingkaran setan itu bisa diputus oleh individu unik.
Seorang Umar bin Khattab yang tegas menghapuskan budaya korupsi pejabat pada masanya.
Seorang Sunan Kalijaga yang mengubah wajah budaya Nusantara melalui wayang, gamelan, dan tembang dolanan.
Seorang tokoh kecil di desa yang mengajarkan anak-anak untuk tidak mencontek, meski hanya di ujian matematika.
Mereka adalah lilin-lilin kecil yang menyalakan ribuan lilin lain.
Bangsa tidak bisa berubah hanya dengan hukum dan aturan. Aturan bisa dibuat, tapi tanpa jiwa amanah, aturan hanya kertas kosong. Bangsa juga tidak bisa berubah hanya dengan orasi besar-besaran, sebab kata-kata tanpa teladan hanyalah gema yang hilang di udara. Bangsa akan berubah bila muncul individu-individu unik yang konsisten menjaga amanah, sekecil apa pun itu.
Sebab amanah adalah fondasi kepercayaan. Kepercayaan adalah dasar dari kerja sama sosial. Dan kerja sama sosial adalah fondasi peradaban.
Mari kita bayangkan: apa jadinya bila setiap individu, dari tukang parkir hingga presiden, memegang teguh amanahnya?
-- Tukang parkir tidak mematok tarif lebih dari yang seharusnya.
-- Pedagang tidak mengurangi timbangan.
-- Guru tidak malas mengajar.
-- Hakim tidak menerima suap.
-- Presiden tidak menjual kebijakan demi keuntungan pribadi.
Jika rantai kecil itu kita jaga bersama, peradaban besar akan tumbuh. Inilah yang pernah terjadi ketika Islam datang ke Nusantara. Para wali bukan hanya berdakwah dengan kata-kata, tetapi dengan amanah. Mereka menjaga kepercayaan, menepati janji, memberi keteladanan. Dari situ lahirlah generasi baru, hingga Islam menjadi arus besar yang damai dan berakar kuat di bumi ini.
Kini, kita berada di persimpangan sejarah. Indonesia sudah mayoritas muslim, namun banyak yang masih hanya Islam KTP. Ruh Islam---yang jujur, amanah, dan anti-korupsi---belum benar-benar menjadi budaya hidup. Kita butuh kebangkitan baru, bukan sekadar dengan pembangunan fisik atau pertumbuhan ekonomi, tapi dengan kebangkitan moral. Dan kebangkitan moral hanya bisa dimulai oleh individu-individu unik yang menjaga amanah.
Jangan menunggu sistem sempurna. Jangan menunggu semua orang berubah. Perubahan besar selalu dimulai dari segelintir orang yang berani konsisten. Seorang guru yang jujur. Seorang pedagang yang amanah. Seorang pejabat yang tidak bisa dibeli. Mereka mungkin minoritas, tapi merekalah yang menjadi mercusuar.