Mohon tunggu...
faursyah rosyidin kaimuddin
faursyah rosyidin kaimuddin Mohon Tunggu... mahasiswa -

kemajuan sebuah peradaban dimulai dari coretan kisah anak manusia yang menjerit untuk sesuap nasi...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Si BeYe Tidak Pusing... Dua Mata Pisau Gerakan Mahasiswa!!!

20 Oktober 2010   14:26 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:15 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_296967" align="alignleft" width="185" caption="ilustrasi"][/caption] gerakan reformasi 1998, sempat singgah di hati kita memberikan spirit baru akan sebuah demokratisasi di negeri ini, peristiwa heroik diatas alas aspal jalanan dan panas terik matahari, tanpa kenal lelah dan lapar mahasiswa dengan lantang meneriakkan perubahan, cita-cita reformasi bangsa yang berkeadilan, makmur dan sejahtera. Walau kini cita-cita itu kini tinggal lembaran kenangan yang entah kapan akan terselesaikan ! sebuah teori umum bahwa untuk menciptakan reaksi mesti dengan sebuah aksi. secara konservatif banyak diantara mahasiswa memaknai aksi sebagai gerakan turun ke jalan dengan berbagai metodologi A, B, dan C melakukan pressure kepada pemerintah untuk segera memenuhi aspirasi rakyat yang tidak tersalurkan. Dewasa ini berbagai fenomena aksi demonstrasi turun ke jalan justru tidak begitu memberikan banyak konstribusi pada sebuah perbaikan bangsa dan negara, selain hanya menyisakan pilu dan kesedihan bagi rakyat. Ada apa gerangan dengan gerakan mahasiswa hari ini ? mahasiswa intelek tidak cukup hanya dengan mengatakan "rakyat hanya tidak tahu apa yang kami perjuangkan ! yang kami lakukan semata-mata hanya untuk rakyat !" sungguh sangat naif ketika bahasa pembenaran dan apologi menjadi jawaban untuk rakyat. Memang tidak ada yang salah dari sebuah cita-cita, yakni sebuah perubahan dan kesejahteraan rakyat. Tetapi bukankah mahasiswa mestinya lebih mampu memahami konteks masyarakat untukbisa menurunkan konsep serta pola-pola tindakan pada ranah yang praksis dan menjamah kebutuhan rill rakyat. cukup reformasi "98" yang memberikan kebingunan dan kegamangan rakyat-rakyat kecil. setelah reformasi, yang ada hanya kebebasan yang kebablasan, para aparatus ideologis bermain dengan hegemoninya, dominasi asing yang mencerabut akar budaya, stagnansi birokrasi pemerintahan dan mahasiswa-mahasiswa yang beromantisme ria dengan perjuangan masa lalu. sebuah gerakan mahasiswa seolah-olah memiliki dua mata pisau yang tajam, yang ketika kita salah menggunakannya, maka akan melukai diri sendiri atau melukai rakyat sendiri. wacana transformasi gerakan mahasiswa kontemporer hanya akan terus menjadi isu yang akan usang termakan waktu, sementara negara dzolim terus menindas dan memakan rakyatnya sendiri. Inikah yang di inginkan para mahasiswa intelektual di kampus ? saya kira tidak, kita hanya perlu sedikit merefleksi gerakan perubahan yang kita bangun akhir-akhir ini, lalu setelah itu melakukan aksi-aksi yang nyata dan rill atas kebutuhan rakyat. kita mesti sadar bahwa pengelompokan serta pengorganisasian rakyat adalah salah satu bentuk ketidakpercayaan terhadap gerakan mahasiswa sebagai penyambung lidah rakyat. hal tersebut mestinya menjadi salah satu otokritik dari koservatisme gerakan mahasiswa. Gerakan mahasiswa bukanlah gerakan mobilisasi massa yang hanya membawa ratusan massa dalam satu kesadaran individu, yang mana mestinya membawa kesadaran kolektif dalam satu mobilitas aksi. Aksi demonstrasi mahasiswa bukanlah tempat pelarian dari kebingungan dan kegamangan mahasiswa dalam himpitan-himpitan persoalan perkuliahan, yang tentu akan berefek pada disorientasi gerakan dan brutalisme demonstrasi ! Aksi demontrasi adalah metodologi yang di ambil akibat dari kebuntuan kompromi dialogis yang dibangun, bukan akibat dari kebuntuan metodologi ! semoga saja tidak. Tidak cukup hanya dengan modal semangat dan tutup wajah mahasiswa turun ke jalan. Butuh lebih banyak energi dan upaya dalam melakukan perubahan di negeri ini. Jalanan bukanlah panggung buat selebriti-selebriti kampus untuk gagah-gagahan dan unjuk kekuatan. Tetapi jalanan adalah kelas mahasiswa untuk berbagi ilmu,  tempat ibadah mahasiswa untuk berbagi moralitas serta panser mahasiswa untuk berbagi kekuatan bersama rakyat ! Bangun kekuatan bersama rakyat untuk menumpas musuh yang nyata di depan kita. karena sang "raja" lalim tak pernah terusik akibat konflik horizontal yang terjadi. Panjang umur perlawanan, jaya lembaga mahasiswa ! penulis sadar tidak banyak memberikan konstribusi dalam moralitas gerakan mahasiswa, sehingga dari semua yang diceritakan diatas bukanlah sebuah perjalanan empiris. Tetapi tulisan diatas adalah sebuah dasar pemikiran ideal penulis serta sebagai bahan refleksi melihat gerakan mahasiswa kekinian. kejahatan yang terorganisir senantiasa mengalahakan kebaikan yang tidak terorganisir. Faursyah Rosyidin Mahasiswa semester 11 Universitas Hasanuddin, Makassar.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun