Mohon tunggu...
Abdul Fatwa
Abdul Fatwa Mohon Tunggu... ADA AJA -

mencoba menulis apa saja ....

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pola Penyiaran TV One dalam Mendukung Prabowo Mulai Berubah

3 Juni 2014   05:13 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:46 4347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pertarungan dua kandidat capres dan cawapres dalam pilpres 2014 ini terjadi dihampir semua lini mulai dari dunia nyata sampai kedunia maya bahkan media massa yang seharusnya memberikan informasi yang menarik dan menyehatkan bagi publik pun mulai terpecah antara yang mendukung kubu pasangan No. 1 dan pasangan no. 2 yang dapat dideteksi dari muatan berita yang mereka tampilkan di media masing-masing.
Bagi pemirsa televisi pasti sudah maklum bahwa kedua calon presiden ini masing-masing punya dukungan dari dua televisi yang selama ini dikenal sebagai TV yang konsen dibidang berita sehingga hampir sepanjang hari acara-acara yang ditampilkan oleh kedua sebagian besar diisi oleh konten berita. Kedua stasiun tv tersebut kebetulan pada pilpres 2014 ini mendukung pasangan calon yang berbeda yaitu metro tv mendukung jokowi dan tv one mendukung prabowo. Bisa dibayangkan jika keduanya mendukung calon presiden yang sama maka pertarungan di ranah ini akan berlangsung tidak seimbang.
Pada awalnya baik metro maupun tv one punya cara yang hampir sama dalam memberikan dukungan kepada jagoannya masing-masing yaitu lewat liputan kegiatan masing-masing pasangan dan laporan pendirian posko pemenangan dan dukungan dari ormas-ormas sehingga ketika kita menonton acara di metro tv seakan-akan pasangan jokowi sudah mendapat dukungan dari banyak sekali elemen masyarakat yang tergabung dalam tim-tim relawan dengan nama-nama yang berbeda sampai-sampai menurut pengakuannya Jokowi sampai lupa nama-nama tim relawan tersebut saking banyaknya sebaliknya jika kita mengalihkan channel ke Tv One maka akan ditampilkan berita dukungan buat prabowo mulai dari ormas seperti NU maupun perseorangan misalnya dari Rhoma Irama sampai Mahfud MD. Namun masyarakat kita sudah cerdas sehingga pembentukan opini lewat cara-cara seperti ini sudah tidak efektif lagi contohnya dapat kita lihat sebelum PILEG yang lalu dimana partai Hanura yang pada saat itu belum pecah kongsi dengan salah satu pemilik stasiun televisi terbanyak yaitu Hary Tanoesudiyo hampir setiap hari mempromosikan partainya lewat tiga stasiun tv yaitu MNC, RCTI dan Global TV bahkan tidak hanya sekedar berita namun juga ada acara kuis bahkan bahkan capres dukungan mereka pun harus rela berperan sebagai tukang becak, tukang ojek dan berbagai profesi lainnya hanya untuk sekedar menarik simpati masyarakat namun ternyata usaha ini tidak membuahkan hasil karena perolehan suara partai Hanura ternyata jauh dibawah ambang batas untuk mencalonkan seorang calon presiden masih untung mereka tidak tereliminasi karena perolehan suaranya masih diatas 3% dari jumlah suara nasional. Kondisi ini akhirnya membuat Wiranto sebagai ketua umum sekaligus bakal calon presiden dan Hary Tan sebagai bakal calon wapresnya gagal mewujudkan ambisi mereka bahkan berujung dengan perceraian pasca pileg karena wiranto telah merapat ke kubu jokowi dan disana ada surya paloh seteru dari hary Tan sehingga praktis hary tan kehilangan muka dan akhirnya mundur dari partai hanura.
Sampai saat ini model dukungan yang diberikan lewat berita kegiatan sang capres atau berita pembentukan posko sampai dukungan dari ormas maupun perseorangan masih rutin dilakukan oleh metro TV bahkan tiada hari tanpa wajah jokowi nampang disana kalaupun ada berita tentang prabowo umumnya hanya sedikit atau sesuatu yang bersifat kurang baik walaupun tidak sampai masuk kategori black campaign dengan model penayangan seperti ini lama kelamaan berita-berita yang ditayangkan oleh metro akan semakin tidak menarik untuk ditonton dan akan ditinggalkan oleh pemirsa sehingga mereka harus segera mencari pola pemberitaan baru yang lebih menarik dan aktual sedangkan dipihak TV One sebagai stasiun tv milik Golkar yang kali ini berpihak kepada Prabowo mulai nampak ada sedikit perubahan karena selain model yang penayangan kegiatan dan dukungan mereka sudah mulai memberikan porsi pemberitaan kepada pihak Jokowi dan akhir-akhir ini TV one juga sudah mulai mengemas acara dalam bentuk debat antara Tim jokowi melawan Tim Prabowo dan acara inipun digunakan sebagai ajang untuk memberikan dukungan kepada jagoan mereka yaitu Prabowo dengan cara orang-orang yang diundang untuk mewakili tim Prabowo adalah mereka yang lebih pandai dalam berbicara dan beretorika sedangkan pihak dari tim jokowi biasanya yang diundang yang terkesan lebih emosional atau kurang pandai dalam bersilat lidah sehingga nampak sekali dalam acara debat itu pihak dari tim prabowo lebih menguasai arena. Sebagai contoh beberapa malam sebelumnya ditampilak debat antara Tantowi yahya yang ditemani oleh Jaja Miharja dari pihak Prabowo melawan Komar didampingi oleh seorang artis wanita entah namanya siapa (lupa mungkin ada kompasianer yang masih ingat) dan tentu saja haji Komar menjadi bulan-bulanan dari Tantowi. Pada malam ini dalam acara debat yang lain kembali TV One menampilkan Fadly zon dan Tantowi Yahya dari tim Prabowo melawan Viktor Laiskopat bersama seorang temannya dari pihak Jokowi dan sekali lagi nampak pihak prabowo lebih menguasai Forum sedang dari Pihak Jokowi nampak lebih emosional apalagi intonasi dan gaya bicara Viktor yang memang terkesan meledak-ledak dan emosional.
Entah apakah Kubu Jokowi sudah menyadari hal ini atau mereka akan terus mengikuti permainan dari TV One dengan mengirim kader-kader yang kurang pandai berdebat dalam forum debat yang memang sengaja di setting untuk membuat mereka kelihatan “bodoh” . yang juga menjadi pertanyaan apakah orang-orang yang diundang untuk hadir dalam debat tersebut ditentukan langsung oleh pihak TV One atau mereka memang diutus oleh pihak Jokowi sedangkan TV one hanya mengundang atas nama tim prabowo dan tim Jokowi.
Walaupun debat ini bukanlah debat resmi yang akan diadakan oleh KPU yang katanya sampai lima sesi namun jika bercermin dari model debat capres dan cawapres pada pilpres 2004 dan 2009 yang terkesan adem dan tidak mencerminkan adanya perdebatan karena masing-masing pasangan calon tidak ingin menyerang program yang ditawarkan pihak lawan karena risih atau alasan lain namun kelihatannya perdebatan yang dilakukan oleh masing-masing anggota tim pada saat ini lebih semarak dan sudah berani menyerang pihak lawan bahkan sampai ke persoalan pribadi pun tidak luput dari sentilan mereka.
Walaupun penggalangan opini publik lewat media massa khususnya televisi dianggap tidak efektif karena banyaknya sumber informasi yang bisa diakses oleh masyarakat namun harus diakui bahwa ada beberapa tokoh yang terkenal lewat pemberitaan di TV terutama akibat gaya kepemimpinan mereka yang dianggap berbeda dari yang lain sehingga menimbulkan simpati dari masyarakat namun waktulah yang akan menguji apakah tindakan yang dilakukan oleh para tokoh tersebut betul-betul merupakan karakter dari gaya kepemimpinan mereka atau semata-mata hanya pencitraan saja yang bertujuan untuk mencari dukungan masyarakat dalam rangka mencapai tujuan tertentu.


Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun