Mohon tunggu...
Faturyan
Faturyan Mohon Tunggu... Mahasiswa

mahasiswa ekonomi, hobi trading

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Serimpi Bali: Ketika Toko Oleh-Oleh Menjelma Jadi Ekonomi Kreatif

27 Agustus 2025   17:20 Diperbarui: 27 Agustus 2025   17:17 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Serimpi: Ketika Toko Oleh-Oleh Menjadi Legenda

Apakah Anda pernah pergi ke Bali dan mampir ke salah satu toko oleh-oleh bernama Serimpi? Jika ya, Anda telah melihat sendiri bagaimana bisnis mikro, kecil, dan menengah bisa tumbuh menjadi sesuatu yang menginspirasi. Saya ingat ketika pertama kali mengunjungi toko Serimpi di Jalan Raya Kuta lima tahun lalu - hanya sebuah kios kecil dengan koleksi kerajinan tangan yang biasa. Namun, saat saya kembali bulan lalu, saya sangat terkesan dengan perubahan signifikan yang terjadi. Kini, Serimpi bukan sekadar toko, tetapi juga menjadi destinasi wisata budaya yang wajib dikunjungi. Deretan patung kayu Garuda, lukisan matahari terbenam Tanah Lot, dan perhiasan perak dengan desain tradisional tersusun rapi, dengan pencahayaan yang sangat Instagramable. Menariknya, setiap sudut toko dilengkapi kode QR yang mengarahkan pengunjung ke video yang menjelaskan filosofi dan proses pembuatan produknya. Inilah wajah baru UMKM di Indonesia - bukan hanya berorientasi pada penjualan, tetapi juga menciptakan pengalaman yang tak terlupakan.

Revolusi Kreatif di Balik Kesuksesan

Apa yang menjadi rahasia dari transformasi luar biasa Serimpi? Kunci jawabannya terletak pada keberanian mereka untuk menerapkan ekonomi kreatif. Bapak Wayan, sang pemilik, dengan penuh semangat menceritakan perjalanan bisnisnya saat saya berkunjung. "Dulu saya hanya menjual barang-barang yang ada di pasaran. Sekarang, kami menciptakan apa yang dibutuhkan oleh wisatawan masa kini," ujarnya sambil menunjukkan koleksi terbarunya berupa kaos dengan desain minimalis yang menggabungkan motif tradisional Bali dengan sentuhan modern. Yang membuat saya kagum adalah, Serimpi tidak hanya berfokus pada penjualan produk fisik, tetapi juga menghadirkan pengalaman. Mereka mengadakan workshop batik setiap akhir pekan, di mana pengunjung dapat belajar langsung dari para pengrajin lokal sambil menikmati kopi Bali. Workshop ini selalu penuh dan selalu sold out dengan biaya tiket Rp 150. 000 per orang - jauh lebih menguntungkan daripada sekadar menjual kain batik. Strategi ini mengubah konsep "membeli oleh-oleh" menjadi "membawa pulang kenangan yang berharga. "

Era Digital: Tantangan yang Berubah Jadi Berkah

Pandemi COVID-19 hampir memaksa Serimpi untuk tutup. Saat Bali ditutup untuk kedatangan wisatawan asing pada Maret 2020, penjualan mereka anjlok hingga 90%  dalam sekejap. Namun, inilah momen ketika keajaiban muncul. Alih-alih menyerah, tim Serimpi yang dipimpin oleh anak Pak Wayan yang baru pulang dari kuliah di Jakarta, mengambil keputusan untuk bertransformasi sepenuhnya ke dunia digital. Mereka membuka akun di TikTok dan Instagram yang menampilkan proses pembuatan kerajinan dengan narasi yang menarik. Video mereka tentang "Rahasia Patung Kayu yang Tidak Akan Retak" bahkan menjadi viral dan ditonton 2 juta kali! Saya pribadi menjadi penggemar setia Instagram @serimpibali karena konten mereka selalu segar dan informatif. Yang lebih mengejutkan, mereka juga menciptakan sistem belanja virtual melalui panggilan video WhatsApp, di mana pelanggan bisa berkeliling toko secara langsung dan memilih produk seolah-olah berbelanja di tempat. Inovasi ini tidak hanya menyelamatkan usaha mereka, tetapi juga membuka peluang pasar baru yang menjangkau seluruh Indonesia dan luar negeri.

Mimpi Besar yang Mulai Terwujud

Hari ini, ketika ekonomi Bali mulai pulih dan jumlah wisatawan bertambah, Serimpi tidak hanya mengandalkan pengunjung yang datang langsung. Mereka memiliki penggemar setia dari berbagai negara yang secara rutin memesan produk mereka secara daring. Pak Wayan dengan semangat menceritakan, "Bulan lalu, ada seorang pelanggan dari Jerman yang membeli 50 patung kayu untuk menghias restoran Indonesia di Berlin. Kami tidak menyangka produk yang diciptakan oleh pengrajin desa kami bisa sampai ke Eropa! " Saat ini, Serimpi sedang mempersiapkan pembukaan cabang kedua di Ubud dengan konsep ritel budaya yang lebih mewah. Mereka juga meluncurkan program pendampingan gratis untuk usaha mikro, kecil, dan menengah di Bali, untuk berbagi wawasan tentang digitalisasi dan pengembangan produk kreatif. Yang paling membanggakan, Serimpi berhasil meningkatkan kualitas hidup puluhan pengrajin lokal yang sebelumnya hanya dapat menjual produk mentah dengan harga murah. Kini, para pengrajin ini menjadi mitra tetap dengan pendapatan yang meroket. Melihat perkembangan Serimpi, saya yakin ini baru permulaan dari revolusi UMKM di Indonesia. Ketika inovasi bersatu dengan teknologi dan ditambah semangat pantang menyerah, segalanya akan menjadi mungkin. Serimpi membuktikan bahwa UMKM bukan hanya tulang punggung ekonomi, tetapi juga duta budaya yang membawa nama baik Indonesia ke kancah internasional.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun