Mohon tunggu...
Fatur Rafael Mobaydius
Fatur Rafael Mobaydius Mohon Tunggu... profesional -

Fatur hanyalah hamba Tuhan yang ingin bisa memberi manfaat pada sesama..

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Islam dan Kesetaraan Gender

2 Oktober 2012   23:48 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:20 641
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Suatu hari seorang sahabat datang kepada Nabi Muhammad Saaw dan bertanya: wahai Rasulallah siapakah di dunia ini yang paling layak untuk aku taati setelah Tuhan dan anda? Rasul menjawab, ibumu, ibumu, ibumu kemudian bapakmu.

Jawaban Rasulullah atas pertanyaan sahabat tersebut adalah bukti bahwa Islam sangat menghormati perempuan, justru pada saat sikap sebagian masyarakat Arab kala itu sedemikian melecehkan derajat perempuan serendah-rendahnya. Kondisi alam yang ganas, padang pasir yang terik, gersang dengan latar belakang kehidupan yang keras, seringnya terjadi peperangan antar suku, budaya nomaden dengan melancong ke berbagai penjuru negeri, sudah tentu semua itu membutuhkan keperkasaan dan kekerasan. Kehadiran perempuan seolah tidak berarti apa-apa sehingga ada di antara masyarakat Arab yang malu jika lahir di antara mereka bayi perempuan, tiada segan bagi mereka untuk membuang atau bahkan menguburnya hidup-hidup, konon kabarnya hal ini pernah di lakukan oleh sahabat Umar bin Khatthab, meskipun ada yang membantah tentang Umar yang pernah mengubur anak perempuannya tetapi cerita ini telah sedemikian masyhur. Nasib perempuan pada saat itu juga ibarat barang yang tiada berharga, bisa di pergilirkan kesana kemari, tidak mendapatkan hak waris dan bahkan terkadang menjadi barang warisan.

Jika melihat secara tekstual Hadits di atas, dengan penyebutan seorang ibu sampai tiga kali seolah menggambarkan bahwa ketaatan kepada ibu harus lebih di utamakan daripada ketaatan kepada bapak, tidak di ragukan lagi adanya pemahaman seperti itu akan mengundang protes dari kaum laki-laki. Memang benar, perjuangan seorang ibu teramat berat dari mulai mengandung anak sampai sedemikian memayahkan, melahirkan dengan taruhan nyawa, belum lagi mengasuhnya hingga anak menjadi tumbuh dewasa. Tetapi, jangan pula di lupakan beratnya seorang ayah, berjuang di luar rumah demi mencari nafkah bagi anak dan istrinya dengan berbagai resiko berat yang di tanggungnya.

Rasulullah Saaw sebagai rahmat bagi semesta alam yang memiliki pandangan jernih dan penuh pancaran wahyu pasti dapat melihat dengan sangat jelas bagaimana budaya misogini sedemikian dahsyat menimpa masyarakat Arab kala itu, ketika kehidupan perempuan di tindas sedemikian rupa. Penyebutan berkali-kali atas ibu dalam hadits itu berkaitan dengan misi Rasulullah dalam rangka menempatkan posisi perempuan pada tempat yang layak dan setara dengan laki-laki.

Prinsip kesetaraan dan keadilan inilah yang ingin di sampaikan Islam sebagai bagian integral dari nilai-nilai universal agama ini pada saat merajalelanya ketidak adilan dalam penggalan sejarah kehidupan manusia di manapun adanya. Prinsip kesetaraan gender menjadi isu penting agama ini, sebab di mata Tuhan derajat manusia tidak di dasarkan pada gender, etnis ataupun ras tertentu. Hanya ketakwaan yang menjadi penentu jauh atau dekatnya hamba terhadap sang khalik.

Adanya perbedaan fisik antara laki-laki dan perempuan tidaklah menghalangi keduanya untuk berbuat dan berbagi peran dalam kehidupan sosial masyarakat.
Tuhan berfirman: من عمل صالحا من ذكر او انثى وهو مؤمن فلنحيينه حياة طيبة
Barangsiapa beramal shalih baik pria maupun wanita, akan kami hidupkan dia dengan kehidupan yang baik.

Prinsip kesetaraan gender mengharuskan kesamaan hak di antara laki-laki dan perempuan, jika di pahami secara mendalam seharusnya bisa mengurangi adanya pelecehan kehormatan atas perempuan. Kaum perempuan adalah juga kaum yang wajib di hormati, di hargai dan di beri peran seimbang dalam kehidupan keluarga maupun masyarakat luas baik dalam bidang agama, sosial budaya, politik dan sebagainya.

Berkaitan dengan isu poligami, haruslah di lihat dari konteks di mana ketika itu terjadi banyak peperangan yang menyebabkan banyaknya laki-laki yang gugur di medan perang. Poligami di berlakukan demi menyelamatkan para janda dan anak-anak yatim dari tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab. Dalam hal ini insyAllah poligami bukanlah sunnah Rasulullah dan sama sekali tidak di anjurkan ketika kondisi zaman telah berubah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun