Mohon tunggu...
fatmasari titien
fatmasari titien Mohon Tunggu... Penulis - abadikan jejak kebaikan, jadikan hidup penuh manfaat

ibu profesional, pembelajar dan pegiat sosial.

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Berkatalah yang Baik atau Diam

21 April 2021   18:14 Diperbarui: 21 April 2021   18:19 2427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya." Demikianlah firman Allah subhanahu wa ta'ala dalam QS Tiin: 4.

Allah lengkapi pula penciptaan itu dengan akal untuk berpikir, jasad yang elok dipandang dan dapat melakukan segala sesuatu, serta hati agar bisa memilih akankah bersyukur atau mengingkari nikmat-Nya.

Allah melengkapi jasad manusia dengan panca indera yang luar biasa. Salah satunya adalah lidah/lisan. Satu bagian kecil dari tubuh yang bisa digerakkan untuk berkata-kata. Kecil dalam ukuran,  namun berat dalam timbangan,  tersebab sulit menjaganya.

Ada peribahasa yang mengatakan bahwa lidah lebih tajam daripada pedang. Lisan bisa membawa manfaat, namun juga bisa membawa mudharat (malapetaka). Rasulullah shalallahu wa 'alaihi wassalam bersabda,

"Keselamatan manusia tergantung pada kemampuannya memegang lisan." (HR al-Bukhari)

Dengan lisan bisa membahagiakan sekaligus menyakiti orang, membuat orang menangis disaat yang sama juga bisa membuat orang tersenyum. Dan tak jarang perdamaian dan permusuhan yang tumbuh di sekitar kita itu akibat dari perbuatan lisan kita.

Sayyidina Ali bin Abi Thalib radhiallahu anhu mengatakan, "Lisan seorang mukmin berada di belakang keyakinan, sedangkan hati orang munafik berada dibelakang lisannya."

Maksudnya peran lisan bagi seorang mukmin selalu terkontrol dan terlatih. Apa yang akan ia ucapkan merupakan hasil pertimbangan dari hati dan pikirannya. Berbeda dari orang munafik, lisannya tidak terkendali oleh perdamaian. Apa yang ia bicarakan berbeda jauh dari yang sebenarnya atau hanya dikarenakan emosi saja.

Seseorang diharuskan berpikir terlebih dahulu sebelum berbicara. Namun apabila ia masih tak mampu berbicara baik atau mungkin tak menguasai ilmunya, maka lebih baik ia diam. Tindakan diam bukanlah sesuatu yang bodoh. Justru diam itu lebih baik bagi seorang muslim. Bahkan Luqman Al Hakim mengibaratkan diam seperi emas. Begitu sangat berharga dan bernilai bagi kita.

Wasiat Lukman Al Hakim kepada anaknya: "Anakku, tiada penyesalan sama sekali dalam diamku. Karena sesungguhnya jika berbicara laksana perak maka diam bagaikan emas"

Rasullulah shalallahu 'alaihi wassalam  juga memperingatkan manusia agar tak banyak bicara, kecuali berbicara untuk hal-hal yang penting, bermanfaat ataupun untuk mengingat Allah swt.

"Janganlah kalian banyak bicara tanpa berdzikir kepada Allah, karena banyak bicara tanpa berdzikir kepada Allah membuat hati menjadi keras, dan orang yang paling jauh dari Allah adalah orang yang berhati keras." [HR Tirmidzi]

Dalam hadits yang lain, disebutkan, 

" Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia berkata-kata yang baik-baik  atau diam." (HR al-Bukhari dan Muslim)

Ramadhan adalah syahrul tarbiyah. Ramadhan adalah bulan pembinaan, terhadap diri sendiri, keluarga ataupun lingkungan. Termasuk di dalamnya adalah pembiasaan untuk melakukan hal-hal yang baik dan menjauhi hal-hal yang tidak bermanfaat. Juga meninggalkan hal-hal yang lebih banyak mudharatnya.

Amat rugilah orang yang berpuasa sedang lisannya masih suka berdusta dan membicarakan keburukan orang lain. Orang mukmin itu diamnya berpikir, kata-katanya dzikir. Keduanya baik dan menyelamatkan.

Sesungguhnya Allah subhanahu wa ta'ala  melengkapi jasad kita dengan dua telinga dan satu lidah. Sungguh ini bukanlah satu kebetulan, tetapi sarat dengan pengajaran. Bahwa kita harus lebih banyak mendengar daripada berbicara.

Dan Allah meletakkan lidah di antara dua bibir sebagai penahan tambahan agar tak bermudah-mudah dalam  berbicara. Agar tidak meremehkan bahaya lidah yang  akan   timbul ketika keliru berkata-kata. 

Sayyidina Umar bin Khathab  radhiallahu anhu pernah berkata,  " Barangsiapa banyak berkata-kata maka ia banyak tergelincir (salah bicara). Barangsiapa banyak salah,  maka dia banyak dosa. Dan barangsiapa banyak dosa,  maka nerakalah tempatnya.  Na'udzubillahi min dzalika

Maka, jagalah lisan, agar dia tidak mencelakakan dan menjerumuskan ke dalam dosa.

#Demak, 21042021

r9-608008c2b6b9c875b64f3192.jpg
r9-608008c2b6b9c875b64f3192.jpg

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun