Mohon tunggu...
fatmasari titien
fatmasari titien Mohon Tunggu... Penulis - abadikan jejak kebaikan, jadikan hidup penuh manfaat

ibu profesional, pembelajar dan pegiat sosial.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Bijak Mengolah Makanan agar Tak Bersisa

8 Desember 2020   20:34 Diperbarui: 8 Desember 2020   20:36 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Sebel gak sih kalau lihat makanan enggak habis? Tentu sebel dong... apalagi buat ibu-ibu rumah tangga. Udah capek-capek belanja, racik-racik, masak, terkadang sampai dibela-belain ditata sedemikian rupa di meja makan. Supaya gak kalah kece dan menarik kayak yang ada di tayangan Mr Chef Indonesia itu tuh.... Eh, nyatanya cuma dimakan sedikit, sisa... ujung-ujungnya masuk tempat sampah. 

Gimana sih caranya mengolah makanan agar tak bersisa? Sebelum bahas itu, kita perlu tahu dulu dong, mengapa makanan bisa enggak habis.

1. Rasanya gak enak. 

    Ini alasan paling umum kenapa makanan enggak dihabiskan. Nah, untuk alasan ini nih, musti dicari lebih lanjut apa penyebab gak enaknya. Kalau penyebab gak enaknya gegara tukang masaknya kurang pinter, ya kudu belajar lagi. Masak sambil buka buku resep atau sambil mantengin tutorial masak enggak ada salahnya kok. Sekarang kan banyak tuh, di cookpad, di medsos, atau cobain resep andalan ibu mertua yang jadi kesukaan pasangan. Sekali dua kali coba mungkin rasanya masih belum pas, tapi kalau udah berkali-kali tentu akan nemu rasa yang paling pas di lidah kita, dan di lidah orang-orang tercinta tentunya.  Tapi perlu diingat ya, kalau nyobain resep porsi kecil ajah dulu, jadi kalau terjadi salah rasa enggak banyak yang terbuang.

   Tapi ada loh, rasa gak enak yang sebabnya bukan dari makanan itu sendiri. Dari apa dong? dari psikis konsumennya. Kok bisa? Ya bisa.... rasa itu kan seringkali datangnya dari mata turun ke hati... cie cie.... Jadi bisa saja tampilan atau cara penyajian makanan itu sudah tidak menerbitkan selera makan sehingga enggak dicolek.   Kasihan banget kan. Ada juga makanan yang enggak dimakan karena lagi bete sama yang masak. Kalau ini, tukang masaknya musti baik-baikin yang dimasakin. Biar enggak bete. Atau sekalian enggak usah dimasakin, suruh cari makan sendiri di luar... eh, bercanda guys. Yang jelas, kalau ada masalah dengan orang rumah, segera selesaikan dengan baik-baik, agar  makanan juga enggak ikut-ikutan dibetein.

   Satu lagi nih, rasa gak enak yang kudu dimaklumi. Kalau penghuni rumah lagi sakit. Mau gimana lagi, orang kalau lagi sakit pasti apa-apa rasanya juga gak enak di lidah. Cuma, kebiasaan umum nih, kalau ada penghuni rumah yang lagi sakit biasanya masaknya yang enak-enak, yang banyak, macem-macem lagi. Ada sate, bakso, gule, soto,dll. Udah gitu, jajanannya juga banyak macem juga, martabak, kebab, empek-empek, dsb. Masih ditambah pisang, jeruk, mangga, udah kayak warung aja. Nah, yang ini nih, biasanya membuat banyak makanan terbuang.  Bukan gak boleh menyediakan makanan yang enak-enak supaya yang sakit jadi doyan makan biar cepet sembuh. Tapi jangan berlebihan juga dong, mending yang sakit ditanya pengen makan apa terus dibelikan sesuai permintaannya, dan gak usah banyak-banyak juga.

2. Terlalu banyak.

     Para bunda nih, biasanya suka mengambilkan makanan buat balitanya dalam porsi banyak, biar cepet besar katanya. Buat yang memang doyan makan enggak masalah sih. Tapi kan ada balita yang makannya sedikit-sedikit, 3 -5 sendok makan terus udahan, eh tapi beberapa jam kemudian udah lapar lagi. Untuk yang model beginian, sediakan porsinya kecil saja, 3-5 sendok makan, entar kalau lapar diambilin lagi. Jangan diambilin sepiring penuh, dimakan 3-5 sendok terus ditaruh, entar waktu lapar diberikan lagi. Rasanya udah beda, bunda, udah enggak sehat, dan pastinya malah terbuang percuma. 

    Mirip dengan kasus adanya  penghuni rumah yang sedang sakit, terkadang pada bulan ramadhan para bunda terlalu banyak menyediakan makanan untuk berbuka (baik yang dibeli maupun yang dimasak sendiri). Kalau untuk berbagi dengan yang lainnya sih enggak masalah, tapi terkadang penyediaannya hanya karena pengen (bukan untuk berbagi). Kan memang gitu yah, kalau pas puasa tuh, lihat makanan di tivi jadi pengen, lihat minuman di medsos pengen juga, buka status teman yang upload makanan/ minuman jadi tergiur. Jadi deh, semuanya dibeli atau dibuat sendiri. Pas buka puasa, perutnya enggak muat menampung semuanya. Nah, yang ini harus dihindari yak. Ingat, makan berlebihan juga bisa mengundang penyakit loh. Biasakan menghitung kebutuhan kalori semua penghuni rumah, kemudian sediakan makanan sesuai kebutuhan.  Selain hemat, juga bonusnya sehat. 

   Begitu juga saat belanja, Bunda. Jangan mentang-mentang ada kulkas terus semua yang ada di pasar dibeli, masuk kulkas. Untuk ibu rumah tangga yang full di rumah, sebaiknya berbelanja untuk kebutuhan makanan harian sehingga bahan masakan selalu fresh dan baru. Untuk bunda yang bekerja, tentunya agak merepotkan bila  setiap hari menyempatkan berbelanja di pasar. Berbelanja untuk kebutuhan makanan seminggu bisa menjadi pilihan. Ada baiknya menyusun menu selama seminggu-seminggu,  dan berbelanja sesuai menu yang disusun. Simpan bahan makanan dalam kulkas sesuai tempat penyimpanannya agar tidak rusak dan berkurang nilai gizinya. Kalau rusak dan menjadi basi ujung-ujungnya akan masuk tempat sampah juga.

   Terkadang, kalau ada acara di rumah, bunda suka masak banyak buat menjamu tamu. Namanya menjamu tamu, memuliakan tamu, pasti diusahakan yang enak dan pantas disuguhkan, terkadang berlebihan. Nah, terkadang nih, tamu yang datang tidak sesuai dengan yang diperkirakan sehingga tidak habis. Nah, kalau yang ini nih, bisa dibungkus untuk dibawa pulang tamunya atau  dibagikan ke tetangga atau orang yang membutuhkan. Tentunya dengan cara yang baik dan  tetap menghormati yang diberi (bukan makanan basi yang diberikan).

3. Udah kenyang di luar rumah.

    Nah, ini juga suka bikin bete para bunda. Udah capek-capek masak di rumah, para penghuninya malah makan di luar. Sekali dua sih enggak masalah, kalau sering-sering yah... enggak banget lah. Hargai dong yang masak, beli bahannya kan pakai uang juga, enggak pakai daun zheyeng. Kalau udah dimasakin enggak ada yang makan dan cuma dibuang kan namanya pemborosan juga.

   Kalau  ada acara di luar yang enggak memungkinkan buat makan di rumah, sebaiknya dikomunikasikan dengan yang biasa masak, supaya masaknya bisa dikurangi. Atau ajak sekalian seluruh penghuni rumah jadi enggak perlu masak. Eit, tapi meskipun jajan di luar, sebaiknya juga tetap sesuai kebutuhan ya, sesuai porsi dan dihabiskan. Jangan mentang-mentang beli pakai uang sendiri, kemudian enggak dihabiskan. Kan tidak mungkin juga sisanya diberikan pelanggan yang lain. Ada banyak orang di luar sana yang sangat ingin membeli makanan anda, tetapi mereka tidak punya dana. Alangkah sayangnya bila anda yang bisa membelinya justru mencampakkannya ke tempat sampah. 

Agama mengajarkan agar dalam hal makan dan minum tidak berlebihan, makan sesudah lapar dan berhenti sebelum kenyang. Karenanya ketika memesan dan mengambil makanan  juga disesuaikan dengan  kebutuhan agar tak bersisa karena ada keberkahan di dalamnya. 

Nah, ada kalanya kita sudah sebijak mungkin dalam mengolah makanan, sudah membuatnya menjadi menarik dan menggugah selera, sudah menyajikan dalam porsi kecil, sudah memasak sesuai kebutuhan, tapi tetap saja masih bersisa, bagaimana dong?

*untuk beberapa jenis makanan, bisa disiasati dan diolah lagi, misalnya nasi. Sisa nasi kemarin yang masih bagus (belum berarir) bisa diolah menjadi nasi goreng, martabak nasi atau nasi telur kepal. Bahan-bahannya cukup nasi sisa, telur, bawang merah, bawang putih, cabe, daun bawang ditambah sedikit garam. Bumbu-bumbu bisa diuleg atau diiris halus (sesukanya saja) kemudian dicampur telur dan nasi sisa, lumatkan dan aduk-aduk sampai tercampur jadi satu. Kalau untuk martabak nasi, dibanyakin telurnya biar enggak hancur, kemudian goreng di atas teflon sampai matang. Kalau untuk nasi telur kepal, telurnya cukup 1 atau 2 saja kemudian dikepal-kepal baru digoreng. Di dalamnya boleh diisi irisan keju biar lebih mantap.

*beberapa makanan sisa juga dapat disisihkan untuk hewan peliharaan seperti ayam, kucing, kelinci

*kadang kala kita kurang teliti dalam membeli roti, setelah di rumah ternyata sudah berjamur. Untuk yang seperti ini masih bisa disiasati untuk dibuat nendo. Caranya, roti tawar basi  dicampur tepung terigu, pewarna, dan sedikit air, dilumatkan dan  untuk kemudian dibentuk menjadi  boneka kecil atau   kreasi bunga hias untuk pemanis ruangan, setelah jadi bisa dilapis lilin agar tahan lama

*bila yang sisa sayuran atau sampah dapur yang tidak memungkinkan untuk ditampung dan diolah menjadi pupuk organik.

#Demak,08122020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun