Mohon tunggu...
fatma ariyanti
fatma ariyanti Mohon Tunggu... Buruh - Citizen

Point of view orang ke-3

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Anak Punk dan Stigma Kriminalitas

17 Januari 2022   21:59 Diperbarui: 17 Januari 2022   22:02 10026
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source: halloriau.com

Apakah kalian tahu siapa anak punk itu?
Adakah anak punk di sekitar kalian tinggal?
Atau pernahkah kalian melihatnya di suatu tempat?
Menurut saya, punk adalah suatu kelompok yang berisi orang orang yang dari beragam usia, yang mana mereka hidup dalam lingkungan dan kondisi sosial yang tidak sejalan dengan ideologi mereka. Punk merupakan suatu bentuk protes dalam segi psikis dan fisik, bersifat bebas dan menolak pranata sosial. Dilansir dari laman tempo, PUNK sebenarnya adalah singkatan dari Public United Nothing Kingdom yang berarti sekumpulan anti-peraturan kerajaan.
Kira kira, apa yang ada dalam pikiran anda jika mendengar kata anak punk?
Buruk. Jahat. Tidak mematuhi peraturan. Lontang lantung. Vandalisme. Bahkan kriminal. Banyak kriminalitas yang didalangi kelompok punk, geng jalanan dan anak tongkrongan. Orang orang melabeli atau memberi stigma kriminal pada punk juga bukan tanpa alasan, karena banyaknya kasus kejahatan dilakukan oleh kelompok-kelompok tersebut, masyarakat pun menjadi tidak tenang dan takut tiap melihat mereka. Menurut saya ini hal yang wajar, namun sekarang punk muncul bukan hanya sebagai identitas belaka melainkan sebuah entitas dari buruknya sebuah lingkungan sosial.
Saya akan membagi pengalaman saya terlebih dahulu terkait dengan anak punk ini.
Di lingkungan tempat tinggal saya, jarang atau bahkan tidak ada anak punk. Namun karena sering bepergian menggunakan transportasi umum seperti bis, saya cukup sering melihat mereka (anak punk). Sebelumnya, karena ketidaktahuan mengenai apa dan siapa punk itu, jadi ketika melihatnya saya tidak tahu kalau karakteristik semacam itulah disebut punk. Jadi mudahnya, saya sering melihat anak punk, tapi saya tidak tahu kalau itu disebut punk, saya cuma mengira mereka pengamen biasa dengan ciri yang nyentrik dan unik. Dari mereka banyak yang menggunakan aksesoris kalung rantai, celana jeans sobek, tindik dan tato. Karena tidak pernah melihat semacam itu, saya sering memperhatikan mereka lama sekali.
Saya punya pengalaman yang agak memalukan menurut saya. Jadi suatu hari saya naik bis, dan ada dua anak punk naik bis yang sama dengan saya. Keduanya terlihat masih di bawah umur, maksudnya lebih sudah dari saya. Satu perempuan satu laki-laki, yang perempuan mempunyai tindik di bibir dan hidung dengan rambut di semir merah, sedangkan yang anak laki laki bertato hampir di seluruh leher dan lengannya. Kebetulan mereka berdiri di samping saya, menyanyi sembari memetik gitar dengan piawainya. Karena yah jujur saja saya tidak pernah melihat tato sedekat itu jadi saya tanpa sadar memperhatikannya lama sekali tato di leher anak itu, saya perhatikan hingga mata saya menyipit sembari berpikir 'Jadi tato sungguhan itu seperti ini ya?' setelah saya sadar, ternyata anak itu memelototi saya. Lantas saya jadi malu sendiri karena kepergok memandangi tatonya. Setelah mereka selesai mengamen, mereka turun di terminal selanjutnya.
Saya kira pengalaman ini masih terus teringat karena saya malu sekali dan sedikit takut pada anak yang bertato itu. Selain cerita ini, saya juga memiliki pengalaman yang lain, masih dengan latar tempat yang sama yaitu di dalam bis. Jadi ketika pulang kuliah saya naik bis dan duduk di paling belakang, yang mana kursinya agak panjang dari yang lain, di sana saya duduk bersama ibu ibu yang pulang dari pasar. Tak lama kemudian naik 3 atau 4 orang anak punk. Anak punk itu juga sama seperti sebelumnya, hanya mengamen, bernyanyi, menabuh gendang, memetik gitar, bahkan yang perempuan saya ingat lumayan bagus suaranya.
Mereka pun memiliki ciri yang sama, yaitu nyentrik, unik, celana bolong, warna rambut mencolok, tato, tindik, baju seperti tidak pernah dicuci, bibir di cat berwarna hitam, penampilan dari atas ke bawah sangat berbeda dari orang biasa dan mereka terlihat percaya diri dengan apa yang mereka kenakan. Kali ini saya tidak membuat kesalahan yang sama seperti sebelumnya (tertarik untuk menatap lama tato di tubuh mereka). Namun saat mereka turun saya cukup memperhatikannya. Mereka saling berbicara kemudian ada yang tersenyum dan tertawa, lalu menyeberang jalan saat lampu merah.
Kemudian uniknya, 2 ibu-ibu di samping saya tiba tiba gibah (membicarakan) tentang mereka (anak punk). Saya tidak ingat persis, namun kira kira percakapannya mengenai pendapat mereka masing masing tentang anak punk sendiri.
Ibu-ibu yang pertama, mengatakan bahwa anak-anak itu sangat sangat menjadi sampah masyarakat, baju tidak sesuai dengan norma, begitu juga penampilan dan aksesoris, apalagi tato yang tabu bagi muslim. Ia berkata bahwa anak tetangganya ada yang seperti itu, katanya setiap hari keluyuran, padahal anak orang berada, berteman dengan anak jalanan lainnya yang tidak jelas, nakal, bahkan pernah ditangkap satpol pp dan diancam masuk penjara karena suatu alasan kriminal. Sebenarnya saya tidak menguping atau bagaimana, karena sebenarnya saya duduk berada di tengah tengah mereka dan mau tidak mau saya yang mengantuk pun mendengar percakapan kedua ibu-ibu tersebut, sungguh awkward memang. Dan kembali lagi ke pengalaman saya, kemudian ibu-ibu yang kedua, mengatakan seperti ini,
"Mereka kan gak ngapa-ngapain, lah wong cuma ngamen kok." ia juga melanjutkan dengan menjelaskan bahwa anak-anak itu pasti punya masalah di rumah, tidak mungkin mereka melakukannya tanpa alasan. Di rumah disuruh sekolah, makan tepat waktu, belajar dan juga main sama teman, kok bisa-bisanya memilih turun ke jalanan yang keras, padahal mereka tahu mencari seribu rupiah saja sulit.
Begitu mendengar ceramah ibu itu seolah ada lampu di atas kepala saya, karena sebelumnya saya tidak memiliki pandangan apa-apa tentang punk, negatif maupun positif, saya netral mengenai keberadaan punk. Jadi saya lumayan tertarik dengan diskusi tersebut dan mendengarkannya sampai akhir.
Ternyata punk ini memang memiliki reputasi buruk, jadi mau tidak mau mereka yang mengambil aliran ini dengan alasan a b c, tetap banyak masyarakat yang tidak akan menerima, karena memang sebelum-sebelumnya banyak kejadian buruk atau kriminalitas yang disebabkan oleh punk, seperti nongkrong di pinggir jalan dan mencuri atau kasarnya begal. Saya bersyukur tidak pernah mengalaminya sebelumnya. Namun, kini aliran punk telah bergeser entah banyak atau sedikit ke arah non-kriminalitas, melainkan lebih ke ideologi dan aliran, yaitu sebuah kebebasan mengambil jalan hidup.
Begini, ada contoh keluarga yang tidak harmonis, anaknya yang menginjak remaja, memutuskan keluar dari rumah dan menjadi punk. Alasan pertama mengapa anak ini mengambil jalan punk adalah, yang pertama, ketidakpuasan dirinya pada kondisi lingkungan rumah, situasi dan atmosfer di dalam rumah membuatnya pengap, tidak ada kasih sayang, tidak ada senyum dan tawa ayah ibu, tidak ada dukungan atau percakapan yang berarti seperti halnya keluarga normal. Alasan ini menjadi yang paling kuat dan banyak terjadi. Anak-anak remaja rawan menjadi punk karena ia tak memiliki hal untuk dipertahankan di dalam rumahnya. Tidak ada yang bisa ia andalkan, Tidak ada yang bisa ia jadikan sandaran. Mereka merasa tersisih bahkan di dalam rumah mereka sendiri, tempat yang seharusnya dimana ia mendapat banyak cinta.
Ketika sudah berada di kelompok punk banyak yang merasa bebas, iya tentu saja cari uang susah, tapi mengapa masih dijalani? Saya pun punya satu pernyataan mengenai ini, yaitu:
"Mereka puas secara emosional, bukan material."
Yang anak punk butuhkan adalah kecukupan secara emosional, orang tua yang mendukung, tidak toxic, harmonis, tidak ada perceraian, dan rumah yang bisa dijadikan sandaran tidak peduli seberapa lelahnya berada di luar rumah. Anda semua juga begitu kan, setiap ada masalah, berbaring di kamar yang nyaman, ranjang yang hangat dan minum teh, kopi atau susu hangat adalah kebahagiaan bukan? Ketika ada masalah di kelas, ada masalah dengan teman, ada masalah dengan rekan kerja, keluarga tetap menerima kalian bukan? Entah seberapa buruknya diri anda, entah seberapa gagalnya anda.
Jika dilihat dari sudut pandang cerita pengalaman saya, saya yakin tidak semua anak punk melakukan kejahatan di jalanan. Mereka hanya ingin mendapat kepuasan dengan mencari teman yang memiliki nasib yang sama, kepuasan akan diterima apapun kondisi mereka, dan kepuasan berekspresi.
Bagaimana upaya orang tua seharusnya?
Jika saya adalah orang tua, saya memiliki pandangan bahwa seburuk apa anak saya, dia tetaplah anak saya, seberapa besar kesalahan yang dia lakukan, tetaplah anak saya. Saya tidak sepenuhnya menyalahkan orang tua, maksud saya adalah orang tua merupakan basic person, tokoh utama untuk membimbing anaknya kembali ke jalan yang benar. Meskipun dalam beberapa kasus, memang ada anak punk yang memiliki keluarga baik-baik, namun terjerumus punk atau dalam kelompok-kelompok ekstrem lainnya entah ia melakukan hal yang melanggar norma atau tidak. Ini adalah alasan besar kedua setelah keluarga menurut saya, yaitu lingkar pertemanan. Mungkin jika dibahas saya akan mengungkapkan banyak sekali pemikiran saya, namun singkatnya pergaulan bebas seperti lingkar pertemanan yang nakal dan toxic, memang sulit di cabut jika seorang anak sudah masuk ke dalam lingkaran tersebut, seperti lingkaran setan, diurusi bermasalah, dibiarkan tambah bermasalah. Teman adalah lingkungan sosial kedua setelah keluarga. Saya sendiri memiliki adik yang masih sekolah, saya mewanti-wantinya untuk berhati-hati dalam bergaul, bukan dalam acara pilih-pilih teman namun memfilternya dengan benar. Berteman dengan semuanya dan memfilter karakter mereka, jangan ikuti jika sekiranya ada sifat-sifat buruk yang tidak patut diikuti. Jangan sampai masuk ke pergaulan bebas, karena pergaulan bebas itu seperti sumur, sekali masuk ke dalam sumur, akan sulit naik kembali, bahkan tali yang digunakan untuk mengangkatnya, kadang putus di tengah jalan. Seperti itulah  lingkar pertemanan setan.
Banyak anak punk dimulai dari usia di bawah umur. Jika itu tetap menjadi identitasnya hingga ia dewasa, saya tidak bisa memprediksinya kira-kira apa yang akan dirasakannya. Mungkin, mungkin ya, ada yang menyesal, ada yang tetap bersikukuh mempertahankan identitasnya, atau yang lainnya. Kita tidak bisa mengetahui masa depan seseorang dan tidak berhak menghakimi masa lalu orang-orang yang pernah berbuat salah. Jika mereka telah kembali, terimalah dengan lapang dada, jika belum kembali, tetaplah berusaha ajak mereka kembali, meskipun itu sulit dan melelahan.
Jadi, apakah anak punk bisa kembali ke kehidupan normalnya?
Tergantung dengan orang orang yang terlibat dalam kehidupan anak itu sendiri. Kalau menurut saya keluarga dan saudara dekatnyalah yang memiliki kewajiban membawa anak punk kembali ke kehidupan normal, itupun kalau orang-orang tersebut mau berusaha dan peduli dengannya (banyak kasus dimana keluarga melupakan, membuang dan tidak lagi peduli pada keluarganya yang telah terjerumus punk).
Bagi keluarga memanglah sulit, tapi kalau bukan keluarga yang berharap mereka kembali, siapa lagi?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun