Springbed merupakan salah satu furniture yang tidak asing di telinga masyarakat. Alas tidur yang menjadi tempat ternyaman setelah lelah bekerja seharian. Kasur jenis ini memang menjadi favorit banyak kalangan, namun siapa sangka di sebuah Desa yang terletak di Kota Demak, Kecamatan Mijen, tepatnya di Desa Jleper, bukan springbed namun kasur yang terbuat dari kapuk lebih banyak peminatnya. Tidak hanya di wilayah tersebut bahkan cukup populer di kota lain bahkan di luar pulau.
Desa Jleper menjadi salah satu desa yang memproduksi kasur kapuk lumayan besar. Tidak sedikit dari mereka memilih bisnis ini sebagai pekerjaan pokok untuk menghidupi kebutuhan sehari-hari, salah satunya adalah Ibu Siti (75).
Produksi bahan baku utama yaitu kapuk berasal dari Karaban, Pati, sedangkan untuk bahan baku kain, Ibu Siti mendapatkannya dari Mayong, Jepara. Kedua bahan tersebut merupakan bahan baku utama dalam pembuatan kasur dari kapuk. Proses pembuatannya pertama-tama kain dipotong sesuai ukuran, kemudian dijahit sesuai dengan pola yang telah dibuat sebelumnya. Setelah itu kembali dijahit namun secara manual menggunakan tangan, proses ini disebut Cuke. Proses Cukѐ berbeda dengan menjahit menggunakan mesin. Proses cukѐ merupakan proses dimana kain diberi batas-batas atau pola yang disusun teratur menggunakan benang dan jarum khusus. Pola ini disebut dengan Plentu. Setelah itu, kapuk dimasukkan ke dalam kain yang telah jadi. Namun ini bukan tahap yang terakhir. proses terakhir adalah Biku. Biku adalah memberi tepian kasur yang telah jadi agar kapuk menjadi padat dan tidak berantakan.
Dalam pengerjaannya, kasur kapuk dibuat secara terpisah menurut bagian-bagiannya. Bagian pengerjaannya dibagi menjadi 5 yaitu; pemotong kain, penjahit kain, bagian cukѐ, pengisi kapuk dan bagian biku. Selain kasur kapuk, barang lain yang diproduksi adalah bantal dan guling, yang tentu saja menggunakan kapuk sebagai isiannya. Setidaknya ada sekitar 26 karyawan yang dipekerjakan.
“Proses cukѐ tidak terlalu berat, selain itu saya juga bisa mengerjakannya di rumah sambil mengerjakan pekerjaan lain,” ujar Sumirah (46), salah satu karyawan di bagian cukѐ.
Ibu Siti memproduksi kasur kapuk secara borongan, yang artinya hanya dibuat ketika ada pesanan. Kasur kapuk ini lumayan populer hingga banyak pemesan dari luar kota maupun luar pulau, seperti Semarang, Kudus, Kalimantan, bahkan NTT. Dalam sebulan omzet bersih yang dihasilkan dapat mencapai sekitar 30-35 jt. Namun karena adanya Covid-19, pemesanan kasur kapuk menurun cukup signifikan. Meski begitu bisnis ini merupakan usaha yang menguntungkan jika dikembangkan dengan tepat.