Guru yang tersohor dengan label pahlawan tanpa tanda jasa, nyatanya harus selalu tabah menelan segala kenyataan pahit. Salah satunya tak cair nya tunjangan tambahan bagi para guru. Kebijakan ini pun membuat heboh para tenaga pendidik. Pasalnya mereka sebelumnya lebih semangat mengajar karena adanya tunjangan tambahan yang akan mereka dapatkan.
Para pendidik pun mengaku tak paham mengapa tunjangan tambahan tak segera diberikan kepada mereka. Padahal, anggaran terkait tuta sudah diatur dalam Peraturan Gubernur No 41 tahun 2021. Namun hingga pertengahan 2025 tak sekalipun mereka menerima dana tunjangan tambahan (tuta) . (MediaBanten 28/4/25)
Kesejahteraan Guru Terabaikan
Kesejahteraan para pendidik merupakan perkara yang harusnya selalu disoroti oleh pemerintah. Pemerintah tak boleh memungkiri, bahwa para pendidik di Indonesia kehidupan nya tak sejahtera. Bahkan, mayoritas dari mereka menerima gaji yang jauh dari kata manusiawi.
Bayangkan, mayoritas tenaga pendidik di Indonesia adalah guru honorer. Dan mereka menerima gaji berkisar kurang lebih 200 ribu per bulan. Andai mereka mendapat kabar seperti adanya tunjangan tambahan itupun tak seberapa membantu beban kehidupan mereka. Dan tak jarang tunjangan-tunjangan yang katanya akan diberikan, nyatanya hanya wacana yang tak kunjung terealisasikan.
Maka tak heran, jika para guru rela turun ke jalan untuk menuntut pembayaran tuta yang telah dijanjikan kepada mereka. Namun, sebesar apa pun usaha mereka untuk menuntut pembayaran. Jika negara tak memprioritaskan kesejahteraan guru, maka sampai kapan pun nasib guru tetaplah sangat memprihatinkan
Mengapa Guru Tak Sejahtera?
Guru saat ini dikatakan tak sejahtera, sebab gaji yang mereka terima jauh dari kata cukup untuk memenuhi beban hidup yang mereka tanggung. Bahkan mayoritas dari mereka tak menghitung keuntungan dari segi materi sama sekali. Karena jika dihitung dari segi materi, kebanyakan dari para guru justru mengeluarkan harta yang lebih banyak untuk transportasi dan kebutuhan mengajar dibandingkan gaji yang mereka terima. Tak sedikit para guru yang tetap bertahan pada profesi nya karena bekal keikhlasan dan mengabdi kepada umat.
Namun, ini adalah gambaran bahwa pemerintah saat ini dzolim terhadap para penyokong utama peradaban. Seyogianya pemerintah menyediakan dana yang khusus untuk menggaji para tenaga pendidik.
Dalam kehidupan yang berada di bawah naungan kapitalistik. Guru dipandang tak beda dengan profesi lainnya, lebih parah nya guru hanya dipandang sosok pemutar rantai produksi semata. Sebab, output pendidikan kapitalis hanya berfokus utama pada generasi yang bisa mendongkrak kemajuan ekonomi.
Negara kapitalistik juga berfungsi hanya sebagai regulator dan fasilitator. Tak ada kisahnya, bahwa negara terjun secara langsung untuk mengurusi pendidikan para rakyat nya. Hingga, tak sedikit pihak swasta yang akhirnya mengkomersialkan pendidikan masyarakat.