Mohon tunggu...
Fatimah Robiatus Tsaniyyah
Fatimah Robiatus Tsaniyyah Mohon Tunggu... Mahasiswa Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Hai ! aku memiliki banyak hobi, dan sepertinya menulis akan menjadi hobi baru ku :D

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kunang-Kunang di Ambang Kepunahan: Hilangnya Cahaya di Malam Hari

6 Oktober 2025   22:32 Diperbarui: 6 Oktober 2025   22:30 4
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kunang-kunang merupakan serangga malam yang memancarkan cahaya indah, kini tengah menghadapi ancaman kepunahan yang serius di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Isu permasalahan utamanya bukanlah eksploitasi, melainkan kerusakan dan hilangnya habitat yang tak terhindarkan. Kawasan rawa, hutan bakau, dan lahan lembab yang menjadi rumah ideal bagi larva kunang-kunang dikonversi secara masif menjadi pemukiman dan perkebunan, merusak siklus hidup mereka.

Ironisnya, ancaman terbesar kedua adalah ulah manusia modern: polusi cahaya. Kunang-kunang menggunakan cahaya tubuhnya (bioluminesensi) sebagai kode komunikasi untuk menarik pasangan saat kawin. Lampu jalan dan cahaya buatan dari gedung-gedung di malam hari mengganggu sinyal vital ini, menyebabkan mereka gagal bereproduksi. Ditambah lagi, penggunaan pestisida berlebihan dalam pertanian membunuh larva kunang-kunang dan sumber makanan mereka, sehingga mengancam kelangsungan generasi berikutnya.

Upaya Pelestarian dan Dampaknya:

Untuk mencegah hilangnya "bintang-bintang bumi", diperlukan upaya pelestarian berkelanjutan yang melibatkan seluruh pihak. Langkah kunci adalah melindungi dan merestorasi habitat alami mereka, seperti menciptakan zona konservasi bebas pestisida di sekitar area lembab. Selain itu, diperlukan kebijakan untuk mengendalikan polusi cahaya (seperti menggunakan lampu redup atau yang berwarna hangat) di area yang berdekatan dengan habitat kunang-kunang. Pemanfaatan berkelanjutan bisa dilakukan melalui ekowisata kunang-kunang yang dikelola dengan sangat ketat agar tidak mengganggu siklus kawin mereka, sekaligus memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat lokal.

Jika kunang-kunang benar-benar punah, dampaknya akan meluas dari segi geografi/lingkungan dan sosial. Secara ekologis, mereka adalah indikator kesehatan lingkungan; hilangnya mereka menandakan ekosistem yang sakit. Punahnya mereka akan mengganggu rantai makanan karena larva kunang-kunang berperan sebagai predator alami siput yang merugikan. Secara sosial, kepunahan ini berarti hilangnya warisan budaya, estetika, dan salah satu keajaiban alam tropis yang telah menginspirasi banyak generasi. Melestarikan kunang-kunang bukan hanya menyelamatkan satu spesies, tetapi juga menjaga keseimbangan dan keindahan malam di bumi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun