Mohon tunggu...
Fatimah Azzahra
Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Penulis - Ibu rumah tangga

Ibu rumah tangga yang senang menulis

Selanjutnya

Tutup

Love

Siapa Paling Menderita dan Berjasa?

28 Oktober 2023   21:51 Diperbarui: 28 Oktober 2023   22:00 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Umi ga tahu rasanya dapat tekanan dari atasan, dari client, dari rekan kerja."

Begitulah kira-kira pernyataan dari seorang suami kepada istrinya ketika istrinya mengeluh tentang kerepotannya. Tentu sang istri jika ia tidak bekerja atau tak pernah bekerja tak akan tahu bagaimana rasanya tekanan tersebut. Intinya timbul rasa tidak enak, tidak nyaman bahkan bisa menimbulkan stress. Tapi, apakah beban ini hanya dirasakan oleh suami?

Yang namanya rumah tangga merupakan gabungan dari pihak suami dan istri. Bagai dua tangan yang saling melengkapi dan bergandengan. Suami diberikan kewajiban oleh Allah swt untuk mencari nafkah, mendidik istri dan anaknya, juga berbuat baik pada keluarganya. Istri pun memiliki kewajiban dari Allah swt. Istri wajib berkhidmat pada suami, menjaga harta dan kemuliaan saat suami tidak sedang di rumah, mendidik buah hati yang Allah titipkan.

Dengan adanya masing-masing kewajiban, maka hadir derita dalam setiap pelaksanaannya. Saya lebih suka menyebutnya dengan pengorbanan dalam beramal sholeh. Seperti yang disampaikan sebelumnya, dalam menjalani proses mencari nafkah, suami dihadapkan dengan tekanan dari atasan, client dan rekan kerja. Belum lagi perjuangan mulai dari melamar kerja, berangkat bermacet ria ke tempat kerja. Dan perjuangan yang senada dengan ini.

Bagaimana dengan istri yang tinggal di rumah? Apakah ia terbebas dari derita atau pengorbanan dalam menjalankan kewajiban? Tidak. Istri akan berpikir keras untuk menghadirkan hidangan yang nikmat dan sehat untuk anggota keluarganya. Bukan hanya berpikir tapi istri juga akan terjun ke dapur, berteman dengan pisau, api dan bumbu-bumbu dapur. Istri juga akan menjaga kebersihan dan kenyamanan juga kesehatan rumah agar semua penghuni rumah terjaga kesehatannya. Betul, semua ini bisa didelegasikan pada pihak yang lain sehingga istri mungkin saja tidak merasakan derita atau pengorbanan di ranah ini.

Tapi, bagaimana dengan mengandung, melahirkan, menyusui dan mendidik buah hati? Kurang lebih 9 bulan istri mengandung tentu ini penuh dengan perjuangan dan pengorbanan. Disusul dengan melahirkan yang luar biasa sakitnya. Disusul lagi dengan perjuangan memberikan ASI yang luar biasa, bahkan tidak sedikit ibu yang trauma menyusui karena hadirnya tantangan lainnya. Apakah para suami tahu bagaimana rasa sakit yang dilalui istrinya? Tidak, kan. 

Inilah sedikit derita yang hadir dalam rumah tangga. Suami memiliki ladang pahala dalam beramal sholeh sebagaimana kewajiban yang Allah turunkan. Istri pun memiliki ladang pahala dalam beramal sholeh sesuai dengan kewajiban dan fitrah yang Allah turunkan. Derita itu pasti hadir dalam rumah tangga bukan sebagai hambatan. Tapi, Allah jadikan itu sebagai momen untuk menempa kesabaran juga momen penghapusan dosa.

Guru saya pernah memberikan nasihat, ada dosa yang tidak akan bisa dihapus pada suami kecuali dengan mencari nafkah. Begitu pun istri, ada dosa yang tidak akan bisa dihapus kecuali dengan berlelah-lelah mendidik buah hati. Jadi, baik istri atau suami punya deritanya sendiri. 

Tak usahlah ditandingkan siapa yang paling menderita, siapa yang paling berjasa dalam rumah tangga. Baiknya kembali pada tujuan pernikahannya, beribadah mengharap rida Allah swt. Maka, rasa sakit, tidak nyaman, derita yang hadir dalam rumah tangga ini adalah bumbu dari ibadah pada Allah swt. Yakinlah bahwa Allah swt takkan pernah menyia-nyiakan pengorbanan kita, asal kita niat ikhlas karena Allah semata.

Tak perlu diumbar dan di list apa saja kepayahan kita dalam berumah tangga. Karena kita tak meminta bayaran atau balasan dari pasangan. Jika timbul harapan pada pasangan, maka bersiaplah kecewa karena berharap pada makhluk yang tak sempurna dan penuh cela.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun