Selama bertahun-tahun, Crystal Palace tidak bisa move on dari sosok Roy Hodgson. Tapi, sekalinya mereka menambatkan hati pada pelatih lain, kesuksesan ternyata datang menghampiri. Inilah sosok Oliver Glasner, pria yang menjadi tambatan hati Palace selanjutnya, setelah Hodgson tak lagi berkecimpung di dunia kepelatihan.
Sebagai seorang pelatih yang pernah memenangkan gelar juara, Oliver Glasner tentu punya caranya sendiri, baik soal strategi, taktik, ataupun manajemen. Palace percaya penuh pada sosok berpaspor Austria itu. Glasner pun menjawab dengan positif, lewat keberhasilannya merebut Piala FA setelah menaklukkan Manchester City di final Wembley.
Bagi Palace, gelar ini tentu spesial, karena Piala FA musim ini adalah trofi pertama mereka sepanjang sejarah eksistensi klub. Nama Glasner tentu akan diukir dengan tinta emas di sudut Selhurst Park. Namun, bagaimana cara Glasner menjadi 'penyelamat baru' Crystal Palace? Kita ungkap selengkapnya di bawah!
Roy Hodgson Sang Bapak Penyelamat
Roy Hodgson, sosok putra asli Croydon yang namanya akan selalu dikenang oleh fans Crystal Palace. Sebelum Oliver Glasner datang dan menduduki posisi pelatih kepala The Eagles, Hodgson lah 'orang kepercayaan' manajemen. Dua kali dipercaya mengambil alih kemudi ketika Palace nyaris karam, dua kali pula Hodgson membawa kestablian buat klub yang bermarkas di Selhurst Park.
Kisah manajerial Hodgson bersama Crystal Palace bermula pada tahun 2017, tepatnya pada 12 September 2017. Hodgson ditunjuk menjadi pelatih Palace menggantikan Frank De Boer yang menelan empat kekalahan beruntun, tanpa mencetak satupun gol kala itu. Awal karirnya sebagai manajer Palace cukup pahit, dengan klub asal tempat kelahirannya itu selalu gagal keluar dari zona degradasi.
Namun, di setiap kompetisi, akhir musim lah yang berbicara. Hodgson mengubah Palace menjadi tim papan tengah, hanya dalam masa jabatannya yang terhitung cuma delapan bulan sampai sisa musim itu. Palace finish di urutan ke-11 dengan mengumpulkan 44 poin. Kisahnya waktu itu selalu diingat sejarah, sebagai salah satu kebangkitan paling epik dalam saga sepakbola Inggris.
Berkaca dari masa lalu, manajemen Palace memutuskan kembali memanggil 'Sang Ayah', ketika klub dalam kondisi memprihatinkan. Hodgson yang mengira dirinya bisa pensiun, ternyata mendapat panggilan untuk menyelamatkan klub asal kota kelahiran. Hodgson menerima pinangan Palace, dan bersedia menyelamatkan musim mereka yang kelihatannya tidak baik-baik saja menyusul rekor 12 laga tak pernah menang sepanjang tahun 2022.
Performa Palace pada akhirnya berhasil terdongkrak di bawah asuhan Hodgson. Jordan Ayew dan kolega berhasil menuntaskan musim dengan finish di urutan ke-11. Sekali lagi, Roy Hodgson menyelamatkan tim asal kota kelahirannya, dari jurang degradasi.
Move On ke Pilihan Lain
Dua kali menjadi penyelamat Palace, wajar rasanya apabila klub yang bermarkas di Selhurst Park kembali memberi kepercayaan pada Roy Hodgson. Sayangnya, aroma pemecatan tercium ketika Palace terjerembab ke urutan 15 klasemen, dengan jarak hanya 5 poin dari zona degradasi pada Februari 2024.
Bermula dari absennya sang manajer dalam sesi konferensi pers pasca kekalahan melawan Chelsea di laga ke-200 nya, Hodgson akhirnya mengundurkan diri. Menurut statement dalam laman The Guardian, keputusan mundur Hodgson didasari pada keinginannya melihat klub bergerak ke arah yang lebih maju. Sebuah keinginan yang tentu direspon positif oleh CEO Palace, Steve Parish.